Hidayatullah.com—Rumah ibadah di berbagai negara di dunia selama wabah Covid-19 ditutup dan dilarang melakukan kegiatan. Namun, bagi ribuan jemaat gereja di Meksiko dan Brazil mereka punya cara untuk melanggarnya, yaitu dengan menyelinap masuk ke dalam pertemuan yang digelar hanya melalui undangan –seperti acara pesta dansa ilegal— tak peduli meskipun angka kematian terus bertambah.
Undangan tiba lewat pesan singkat (SMS) atau media sosial. “Mereka akan memintamu semacam password untuk bisa masuk,” kata Jesus Preciado, yang ayahnya mengikuti pertemuan-pertemuan tertutup di negara bagian Jalisco, Meksiko.
Diego Martinez, yang ibunya ikut menghadiri berbagai acara rahasia itu, mengatakan pertemuan hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang dikenal. “Hanya untuk undangan,” ujarnya. “Mereka akan meneleponmu dan memberitahu tempat dan tanggal acara.”
Acara-acara yang diikuti oleh Martinez, Preciado dan ribuan warga Meksiko lain mungkin tampak seperti acara pesta dansa-dansi ilegal, tetapi sesungguhnya itu adalah acara kebaktian yang digelar oleh gereja-gereja Katolik secara clandestine (sembunyi-sembunyi), yang terus dilakukan selama lockdown Covid-19.
“Lonceng-lonceng tidak dibunyikan, tidak ada panggilan untuk datang mengikuti kebaktian,” kata Hernandez, yang menyaksikan bagaimana para jemaat menyelinap masuk ke Gereja Sagrado Corazon de Jesus di kota kecil Ixtapa, seperti dikutip The Guardian Rabu (17/6/2020).
“Anda melihat orang-orang berdatangan sebelum pukul 18:30, memasuki gereja lewat pintu belakang dan setelah itu Anda akan mulai mendengar mereka berdoa,” imbuh Hernandez.
Mexican Episcopal Conference menghentikan semua kegiatan kebaktian di gerejanya awal Maret, ketika infeksi coronavirus pertama kali dilaporkan di Meksiko.
Beberapa hari kemudian pemerintah federal (pusat) menghentikan semua aktivitas keagamaan yang melibatkan kerumunan.
Namun, meskipun ada pembatasan tersebut angka kematian coronavirus terus meningkat dan sekarang sudah mencapai lebih dari 17.000 di Meksiko, negara yang lebih dari 80% penduduknya mengaku beragama Katolik dan merupakan negara dengan penganut Katolik terbesar kedua di dunia.
Para jemaat di Gereja Nuestra Senora de Fatima di Zacatecas diperbolehkan menghadiri kebaktian rahasia itu dengan syarat mereka duduk di belakang kamera yang menyiarkan liturgi secara langsung lewat Facebook.
Di ibu kota negara bagian Jalisco, Guadalajara, selama lockdown jemaat terus berdatangan ke Gereja San José y Santo Tomás de Aquino.
“Saya mengikuti kebaktian hari Minggu, yang digelar tertutup, dan hanya dihadiri 12 jemaat,” kata Susana Garcia, seorang wanita jemaat rutin berusia 64 tahun.
Di negara bagian Durango, katekis, anggota paduan suara dan tokoh-tokoh pemuda menerima pemberitahuan tertulis perihal ritual-ritual yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu. “Hanya orang-orang yang dekat dengan gereja yang pergi,” kata Vicente Martinez, seorang anggota komunitas Katolik di kota Gomez Palacios.
Martinez mengatakan semua gereja di sana ditutup. “Namun, mereka menggelar aktivitas tersembunyi yang diikuti 30-40 orang setiap hari Kamis. Mereka yang membuat undangan (panggilan) yang mereka sebut sebagai kebaktian privat dan eksklusif dengan acara ramah-tamah sesudahnya.”
Pada akhir bulan Mei, pihak berwenang melakukan operasi penggerebekan di salah satu gereja di sana, Nuestra Senora de Luz, dan menangkap 20 orang, kebanyakan nenek-nenek, yang tertangkap basah sedang mengikuti kebaktian.
Semua orang yang hadir diusir dan pintu belakang gereja –yang menjadi pintu masuk para jemaat—disegel. “Namun, mereka tidak mengambil tindakan apapun terhadap orang-orang yang berada di dalam –bahkan suhu badan mereka tidak diukur,” kata Martinez.
Meksiko bukan satu-satunya negara di Amerika Latin –kawasan di mana penduduknya mencakup 40% penganut Katolik dunia— di mana umat Kristiani menggelar kebaktian di gereja secara sembunyi-sembunyi selama wabah Covid-19 merebak. Ikuti lanjutannya di bagian 2.*