Hidayatullah.com—Milisi Houthi yang didukung Iran telah memenjarakan sekitar 20.000 orang yang diculik di 790 penjara di wilayah Yaman yang di bawah kendali mereka, demikian diungkapkan oleh para pemimpin organisasi hak asasi manusia sebagaimana dilansir oleh arabnews, Ahad (28/6/2020).
Para pemberontak pada hari Sabtu (27/06/2020) dituduh melakukan pelanggaran HAM terhadap lawan mereka sejak merebut kekuasaan di Yaman dengan kekerasan pada tahun 2014.
Pertemuan virtual Koalisi Yaman untuk Memantau Pelanggaran HAM, yang dikenal sebagai Koalisi Rasd, mendengar bahwa puluhan ribu orang yang menentang aturan Houthi ditahan di penjara-penjara rahasia maupun yang dikenal.
Koalisi juga melaporkan bahwa kelompok bersenjata itu telah merekrut 7.000 anak-anak dan bertanggung jawab untuk menanam ribuan ranjau darat yang telah menewaskan 6.000 orang.
Berbicara pada kesempatan tersebut, yang mempertemukan organisasi-organisasi hak asasi manusia dari dalam dan luar Yaman, Direktur Eksekutif koalisi Mutahar Al-Badhiji mengatakan, pertemuan itu bertujuan untuk menyoroti tindakan Houthi yang telah memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia pada saat kesehatan Yaman sedang rapuh. Dengan sistem tak memadai berjuang untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Houthi telah berulang kali mendapat kecaman keras dari kelompok-kelompok hak asasi lokal dan internasional karena secara sewenang-wenang menculik lawan-lawan mereka dan menekan protes di kota Sanaa dan provinsi-provinsi lain di Yaman utara.
Pengadilan yang dikuasai Houthi baru-baru ini menjatuhkan hukuman mati kepada empat wartawan Yaman, sebuah langkah yang memicu kecaman global. Gerakan ini juga berikrar akan mengeksekusi puluhan legislator, jurnalis, aktivis, dan perwira militer yang bertukar posisi dan mendukung pemerintah yang diakui secara internasional.
Najeeb Al-Saadi, kepala unit eksekutif di Yaman untuk orang-orang terlantar di dalam negeri, mengatakan kepada para delegasi simposium bahwa konflik Yaman telah memaksa 3,66 juta orang meninggalkan rumah mereka dan berlindung di 521 kamp pengungsian di negara itu.
Jumlah pengungsi Yaman telah meningkat sejak awal tahun ini sebagai akibat dari pertempuran sengit antara Houthi dan pasukan pemerintah di provinsi Marib dan distrik Nehim, dekat Sanaa.
Sementara itu, jalan utama antara provinsi Yaman selatan Abyan dan Aden dibuka kembali pada hari Minggu ketika pertempuran antara pasukan pemerintah dan separatis berakhir, sehari setelah Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi memerintahkan pasukannya di Abyan untuk berhenti bertempur.
“Kami berkomitmen pada tatanan kepemimpinan kami. Kami berhenti berjuang dan membuka kembali jalan menuju Aden,” kata seorang perwira tentara, yang ingin tetap anonim, kepada Arab News.
Pada hari Sabtu, Hadi mengatakan kepada pasukannya untuk melakukan gencatan senjata di Abyan dan mendesak separatis untuk menghentikan permusuhan di provinsi selatan dan mematuhi ketentuan Perjanjian Riyadh.
Pada bulan April, separatis Dewan Transisi Selatan (STC) mengumumkan pemerintahan sendiri di Yaman selatan, mendorong pemerintah untuk melakukan serangan untuk mengusir pasukannya dari Aden.
Di tempat lain, pertempuran meletus pada Sabtu di Taiz ketika kelompok Houthi menembaki kota selatan yang berpenduduk padat itu sebelum melakukan serangan darat yang bertujuan untuk menguasai daerah-daerah baru di pinggiran barat kota.
Kementerian pertahanan Yaman mengatakan bahwa pasukan militer membalas serangan Houthi dan membunuh serta melukai banyak pemberontak selama pertempuran dua jam. Pertempuran sengit juga dilaporkan pada hari Minggu di provinsi tengah Al-Bayda di tengah laporan yang dikonfirmasi bahwa Houthi telah menguasai daerah-daerah di distrik Qania.
Komite Covid-19 darurat nasional di Aden melaporkan bahwa jumlah total infeksi Covid-19 yang dikonfirmasi di daerah yang dikontrol pemerintah sekarang berjumlah 1.103 kasus, dengan 296 kematian dan 417 pulih.*