Hidayatullah.com—Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo kembali ke negarannya pada Kamis (27/08/2020) setelah tur Timur Tengah di mana ia berusaha mendorong negara-negara Arab untuk mengikuti UEA dan mengakui ‘Israel’.
Namun dia pergi setelah singgah di Bahrain, Oman dan Sudan tampaknya dengan tangan kosong dengan tidak ada negara Arab untuk saat ini yang mau mengikuti Abu Dhabi dan menormalisasi hubungan dengan negara Yahudi itu, The New Arab melaporkan.
“Hari ini beremu dengan Sultan Oman Haitham bin Tarik Al-Said tentang pentingnya membangun perdamaian regional, stabilitas, dan kemakmuran melalui Dewan Kerja Sama Teluk yang bersatu,” kicau Pompeo di Twitter saat meninggalkan Oman, perhentian terakhir dalam rencana perjalanannya.
‘Bersyukur atas kemitraan keamanan dan hubungan ekonomi kami yang kuat,” tambahnya.
Selama ini, Oman terus mempertahankan netralitasnya. Negara itu telah menjaga hubungan persahabatan dengan berbagai aktor regional, termasuk musuh bebuyutan Amerika Serikat dan Iran – di mana Oman telah bertindak sebagai perantara.
Menteri Intelijen ‘Israel’ mengatakan beberapa hari setelah perjanjian UEA-‘Israel’ diumumkan pada 13 Agustus bahwa Bahrain dan Oman bisa menjadi negara Teluk Arab berikutnya yang meresmikan hubungan dengan negara tersebut.
Pada 2018, Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengunjungi Oman dan membahas inisiatif perdamaian di Timur Tengah dengan pemimpin Oman saat itu, Sultan Qaboos.
Oman memuji kesepakatan yang disponsori AS antara UEA dan ‘Israel’ tetapi belum berkomentar tentang prospeknya sendiri untuk hubungan yang dinormalisasi.
Kantor berita resmi Oman, ONA, melaporkan bahwa “aspek-aspek kerja sama bilateral yang ada antara Kesultanan dan Amerika Serikat ditinjau dalam kerangka hubungan kuat yang mengikat mereka,” tetapi tidak merujuk pada hubungan dengan ‘Israel’.
Pompeo adalah pejabat Barat tingkat tinggi pertama yang bertemu Sultan Haitham, yang menggantikan Sultan Qaboos yang meninggal pada Januari setelah berkuasa selama sekitar lima dekade.
Oman telah lama berdialog dengan ‘Israel’ dan menyambut baik pengumuman Uni Emirat Arab pada 13 Agustus bahwa mereka telah menormalisasi hubungan, sambil menegaskan kembali dukungannya untuk Palestina.
Kepala diplomat AS itu mengatakan dia berharap negara lain akan mengikuti UEA, yang menjadi negara Arab ketiga yang menjalin hubungan dengan negara Yahudi itu, setelah Mesir dan Yordania.
Pemerintah transisi Sudan pada Selasa (25/08/2020) memupuskan harapan untuk terobosan cepat, dengan mengatakan “tidak memiliki mandat” untuk mengambil langkah yang begitu berat.
Dan Bahrain mengikuti sikap sekutunya, Arab Saudi, bahwa kesepakatan dengan ‘Israel’ tidak akan terwujud tanpa pembentukan negara Palestina merdeka.*