Hidayatullah.com–Sambil tangan-tangan mereka menjulang ke angkasa, para penyembah “Santa Muerte” berdoa di hadapan sebuah patung tengkorak berjubah memohon perlindungan dari coronavirus dan dampaknya terhadap perekonomian.
Patung berwujud seperti The Grim Reaper itu, yang para pemujanya terdiri dari orang kebanyakan hingga anggota kartel narkoba Meksiko, sudah ditolak oleh Gereja Katolik Roma yang mencapnya sebagai penistaan.
Meskipun ribuan orang telah meninggal dunia akibat Covid-19, Santa Muerte tidak kehilangan jemaat pemujanya selama pandemi.
Justru, “dengan adanya pandemi, semakin banyak pemuja yang datang untuk memohon kesehatan dan perlindungan,” kata Cristel Legaria, 30, anak dari wanita yang mendirikan patung Santa Muerte yang ditempatkan di daerah Tultitlan dekat ibukota itu, seperti dikutip AFP Selasa (13/10/2020).
Berdiri setinggi 22 meter patung tengkorak terbuat dari fiberglass itu ditampilkan mengenakan jubah keemasan, lengan tulangnya membentang mirip patung sosok Yesus.
Sejarawan melacak Santa Muerte hingga abad ke-18, ketika orang-orang asli Meksiko menjadikan gambar Grim Reaper Yang dibawa para conquistadores asal Spanyol sebagai ikon. Akibat tindakan orang asli itu, Gereja menghancurkan tempat-tempat peribadatan yang menjadikan sosok “Dewi Kematian” itu sebagai sesembahan.
Setelah lama hanya beroperasi di bawah tanah, praktik penyembahan itu muncul kembali di pertengahan abad ke-20 terutama di ibukota, di mana banyak pendatang dari desa-desa miskin mengadu nasib.
Jumlah pengikut rupanya bertambah pada 2001, ketika seorang wanita bernama Enriqueta “Dona Queta” Romero memajang patung Santa Muerte di kawasan kumuh Tepito di ibukota Mexico City.
Sekarang, ratusan orang datang ke tempat itu di hari pertama setiap bulan untuk menyembah Santa Muerte.
“Saya datang untuk menghaturkan terima kasih atas segala yang dia berikan kepada kami tahun ini, masa yang tidak mudah dikarenakan adanya pandemi,” kata Suri Salas, penata rambut berusia 34 tahun, yang baru berkunjung kembali setelah berbulan-bulan di rumah saja.
“Beruntung, dia selalu ada untuk menyokong kami,” kata Salas seperti dikutip AFP.
Para jemaat, yang sebagian bersimpuh di lutut mereka, datang dengan membawa beragam sesaji untuk Santa Muerte mulai dari patung kecil Santa Muerte, bunga, manisan dan bahkan minuman beralkohol.
Sedikit dari jemaat yang datang mengenakan masker, jarak sosial juga sulit dilakukan. Aroma mariyuana merebak di jalanan, di mana pedagang asongan menjual patung mini Santa Muerte dan lilin.
“Sejak awal pandemi saya tidak pernah tutup,” kata Romero, yang menyambut kedatangan orang-orang dari kampung sebelah dan bahkan dari Amerika Serikat dan Eropa setelah cerita tentang “Saint of Death” itu menyebar luas.
Sebagian orang yang datang tampak memiliki tato bergambar Santa Muerte di leher atau dada mereka. Ada juga yang mengindoktrinasi anak-anaknya.
“Dia menolongmu ketika kamu berada di tepi jurang kehidupan, menghadapi ketidakpastian, kesulitan ekonomi atau –seperti sekarang ini– masalah kesehatan,” kata Alfonso Hernandez, seorang jurnalis dan peliput resmi di Tepito, daerah kumuh di ibukota yang rawan kriminalitas.
Penyembahan terhadap Santa Muerte merupakan “adaptasi dari dunia yang keras”, tetapi merupakan klenik bagi Gereja Katolik, kata Bernardo Barranco, seorang sosiolog yang khusus mencermati agama-agama.
“Itu bukan agama, itu sekte. Anda bisa saja seorang Katolik atau Evangelis dan menjadi pengikutnya,” kata Barranco.
Sebagian penyembah Santa Muerte juga percaya pada Perawan Suci Guadalupe, yang merupakan patron dari Meksiko, negara berpenduduk Katolik terbesar kedua di dunia.
Tahun 2016 ketika melawat ke Meksiko,Paus Fransiskus menyinggung soal Santa Muerte, ketika dia mengatakan prihatin dengan orang-orang yang menyembah “simbol-simbol menyeramkan”.
Tapisi sindiran pemimpin tertinggi Katolik Roma itu sepertinya tidak terpengaruh pada Rodrigo Oliva, yang rela bepergian sejauh 70 kilometer dari Mexico City ke Tultitlan, di mana masker, pemeriksaan suhu badan dan jarak sosial wajib dilakukan.
Pemuda berusia 28 tahun itu mengikuti ajaran Palo Monte, agamanya orang-orang keturunan Afrika-Kuba. Namun, tempat ibadahnya tutup selama pandemi jadi dia sekarang ini menyembah berdoa kepada Santa Muerte.
Dengan adanya Covid-19 “semakin banyak orang yang tertarik masuksebuah sekte,” ujarnya.
“Kami berdoa supaya dia melindungi kami, tetapi hal itu tidak menjadikan kami kebal penyakit,” imbuhnya.
“Satu hal yang saya minta agar santa memberikan saya kekuatan,kesehatan dan kedamaian. Tidak ada hal lain yang lebih penting dari kesehatan yang baik,” kata tukang semir sepatu berusia 23 tahun bernama Jonathan Flores.*