Hidayatullah.com–Perdana Menteri Bahrain Pangeran Khalifa bin Salman Al-Khalifa, wafat pada Rabu dini hari (11/10/2020) dalam usia 84 tahun, demikian diumumkan pihak istana kerajaan lewat Twitter.
Kantor berita resmi Bahrain melaporkan bahwa Pangeran Khalifa meninggal dunia di Mayo Clinic Hospital di Amerika Serikat, lansir DW.
Pada bulan November 2019, dia berangkat ke Jerman untuk menjalani perawatan medis yang tidak diungkapkan, tetapi beberapa bulan kemudian kembali ke Bahrain.
Kantor berita resmi mengatakan pemakaman akan dilakukan setelah jasadnya dipulangkan ke Bahrain.
Raja Bahrain memerintahkan satu pekan masa berkabung dan bendera dipasang setengah tiang sebagai bentuk penghormatan kepada Pangeran Khalifa. Kantor-kantor pemerintah juga akan diliburkan selama tiga hari mulai Kamis besok.
Khalifa merupakan salah satu kepala negara di dunia yang paling lama memerintah. Dia menjabat perdana menteri selama 50 tahun, sejak Bahrain memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1971.
Dia dilahirkan dalam dinasti Al-Khalifa yang menguasai Bahrain sejak 200 tahun silam. Ayahnya, Syaikh Salman bin Hamad Al-Khalifa, memerintah negeri pulau itu antara tahun 1942 dan 1961 sampai saudara lelakinya mengambil alih kekuasaan ayah mereka dan dinobatkan menjadi raja Bahrain sejak 1971 dan seterusnya.
Berdasarkan kesepakatan informal, Pangeran Khalifa menjalankan roda pemerintahan dan perekonomian, sementara saudaranya mengurus masalah diplomasi dan menjalani tugas seremonial.
Pangeran Khalifa, yang merupakan sekutu Amerika Serikat dan Arab Saudi, kerap dipandang sebagai tokoh kontroversial. Di kalangan masyarakat Syiah, yang merupakan mayoritas agama penduduknya, dia sangat tidak populer. Pemerintahannya benar-benar diuji ketika warga Syiah melakukan demonstrasi besar-besaran semasa Arab Spring 2011 di mana mereka menentang kekuasaan Kerajaan Bahrain yang dikuasai keluarga Muslim.
Di masa puncak unjuk rasa, ribuan orang Syiah menduduki kantor perdana menteri, menuntut Khalifa mundur dengan tuduhan korupsi.
Pemerintah Bahrain berhasil mengatasi demonstrasi warganya –yang disokong rezim Syiah Iran– dengan bantuan pasukan keamanan dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.*