Hidayatullah.com–Perusahaan telekomunikasi asal China Huawei mengatakan akan membuka fasilitas manufaktur di bagian timur Prancis untuk membuat perlengkapan ponsel yang berkaitan dengan teknologi 5G.
Sedikitnya 200 juta euro akan diinvestasikan untuk membuka dan menjalankan pabrik di kota Brumath itu, dan di awal membuka lowongan 300 lowongan kerja. Hal itu dilakukan meskipun ada larangan pemerintah Prancis agar perusahaan-perusahaan tidak menggunakan perangkat buatan Huawei.
Terletak tidak jauh dari perbatasan dengan Jerman, pabrik itu bermaksud memproduksi perlengkapan bernilai 1 miliar euro pertahun untuk pasar Eropa, lansir AFP.
“Dengan didirikannya pabrik ini di persimpangan Eropa, Huawei akan semakin memperkaya kehadirannya yang sudah marak di benua itu dengan 23 pusat riset dan pengembangan, lebih dari 100 rekanan universitas, lebih dari 3.100 pemasok dan jaringan pemasok yang efisien,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Kamis (17/12/2020).
Amerika Serikat memandang jaringan seluler Huawei berisiko dijadikan alat spionase, dan tahun lalu pemerintahan Presiden Donald Trump memasukkan perusahaan itu dalam daftar hitam dengan alasan keamanan.
Meskipun Huawei membantah bahwa Beijing dapat menyusup ke perlengkapan buatannya untuk menyadap lalu lintas data dan suara, semakin banyak negara –termasuk Prancis– yang membatasi atau melarang penggunaan perangkat buatan Huawei dalam jaringan 5G mereka.
Belakangan Huawei juga mendapat tekanan berkaitan dengan teknologi pengenalan wajah buatannya yang dipergunakan untuk memburu kaum minoritas Muslim Uighur dan mengirimkan datanya kepada polisi China. Perusahaan yang didirikan oleh seorang bekas teknisi telekomunikasi militer China itu membantah tuduhan tersebut.
Pekan lalu, bintang sepakbola Antoine Griezmann mengatakan mengakhiri kontraknya dengan Huawei berkaitan dengan isu Uighur.*