Hidayatullah.com–Menteri Urusan Islam Arab Saudi pada hari Selasa (22/12/2020) mengkonfirmasi bahwa banyak imam baru-baru ini dipecat oleh pihak berwenang. Pemecatan dilakukan karena mengabaikan arahan untuk memperingatkan warga terhadap Ikhwanul Muslimin, lapor The New Arab.
Berbicara kepada media milik negara Al Arabiya, Abdullatif bin Abdulaziz al-Sheikh mengatakan tindakan hukuman itu menyoroti pentingnya mengikuti arahan pemerintah. Geraka Ikhwan sangat dilarang di Saudi.
“Laporan tentang beberapa imam yang dipecat itu benar. Ini karena kegagalan mereka dalam melaksanakan arahan kementerian dalam menerbitkan pernyataan dari Dewan Cendekiawan Agama Senior yang berkomentar dan menjelaskan kepada orang-orang tentang bahaya dari kelompok teroris Ikhwanul Muslimin,” kata al-Sheikh. “Tidak diragukan lagi bahwa pemberhentian mereka bukan berarti mereka berasal dari Ikhwanul Muslimin atau pendukung ideologi ini, melainkan merupakan prosedur peraturan kementerian bagi mereka yang tidak melaksanakan arahan atau lambat dalam melaksanakannya akan ditiadakan. dan digantikan oleh yang siap dan yang memenuhi syarat,” imbuhnya.
Didirikan di Mesir pada tahun 1928, Ikhwanul Muslimin memantapkan dirinya pada pertengahan abad ke-20 sebagai gerakan oposisi utama negara di Mesir, yang akhirnya menyebar ke seluruh Timur Tengah.
Menyusul pemberontakan Musim Semi Arab pada tahun 2011, kelompok Islamis yang paling ditakuti rezim Arab ini menikmati kemenangan pemilu di Mesir. Sayangnya, ia menjadi sasaran tindakan keras yang meluas setelah kudeta militer negara itu pada tahun 2013.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) telah mempelopori tindakan keras di seluruh wilayah terhadap gerakan Islam ini, dengan Riyadh telah menetapkannya sebagai organisasi ‘teroris’ pada tahun 2014. Awal pekan ini, otoritas Sunni tertinggi Mesir, Universitas Al Azhar, mengeluarkan dekrit yang melarang keanggotaan Ikhwanul Muslimin.
Serangan terhadap kelompok gerakan Islam telah memicu protes di seluruh dunia Muslim. Dalam pernyataan bersama pada November, asosiasi ulama dari Sudan, Libya, Lebanon, Palestina dan negara lain mendukung Ikhwanul Muslimin sebagai “pembela” Islam.
“Ikhwanul Muslimin adalah kelompok dakwah… termasuk sejumlah besar ulama, penceramah dan mujahidin telah bergabung dalam upaya untuk membela doktrin Islam dan Syariahnya,” kata asosiasi tersebut.*