Hidayatullah.com–Bantahan itu disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Hassan Ghashghav, untuk menanggapi pernyataan seorang anggota parlemen Iran.
“Berdasarkan laporan yang kami terima dari pejabat setempat dan kantor gubernur di Bushehr, pembayaran jilbab untuk perempuan Rusia tidak benar,” tuturnya seperti dikutip kantor berita AFP.
Dia menambahkan para teknisi perempuan asal Rusia itu memang diharapkan agar mematuhi norma-norma dari masyarakat Busher yang religius.
“Tidak ada pembayaran jilbab kepada perempuan Rusia atau kepada warga asing yang bekerja di Iran,” tegasnya.
Jumlahnya tidak jelas
Sebelumnya, Mehdi Mousavinejad -anggota parlemen dari Provinsi Busher mengatakan kepada kantor berita Iran, ISNA- bahwa perempuan Rusia yang bekerja sebagai teknisi di reaktor nuklir Busher mendapat uang jilbab seperti tertulis dalam kontraknya.
Namun, menurut Mousavinejad, tetap saja mereka tidak mengenakan jilbab.
“Sayangnya, mereka tidak melakukan dengan tepat yang diminta dari mereka, yang disebut dalam kontrak,” tuturnya dikutip BBC.
Bagaimanapun dia tidak menyebutkan jumlah yang dibayar sebagai uang jilbab itu dan berapa banyak perempuan Rusia yang bekerja di Busher.
Juga tidak bisa dipastikan apakah perempuan yang terlihat tidak mengenakan jilbab adalah staf reaktor nuklir Bushehr atau istri dari staf di sana.
Rusia merupakan kontraktor utama di reaktor nuklur Bushehr pada pertengahan tahun 1990-an walau kini operasinya kini sudah dikelola Iran.*