Hidayatullah.com– Pengadilan Iran akan menindak keras siapa saja yang menyebabkan gangguan atau melakukan kejahatan selama gelombang protes anti-pemerintah, kata pengadilan pada hari Selasa, menandakan pihak berwenang berniat untuk menjatuhkan hukuman berat kepada demonstran.
Lebih dari 1.000 orang telah didakwa di Provinsi Teheran saja sehubungan dengan apa yang disebut pemerintah sebagai “kerusuhan.”
“Sekarang, masyarakat, bahkan pengunjuk rasa yang tidak mendukung kerusuhan, menuntut kejaksaan dan institusi keamanan untuk menangani segelintir orang yang menyebabkan kerusuhan dengan cara yang tegas, membuat jera dan tegas,” kata jubir kehakiman Masoud Setayeshi.
Demonstrasi anti-pemerintah meletus pada bulan September menyusul kematian wanita Kurdi Mahsa Amini, yang ditahan polisi moral di Teheran dengan tuduhan mengenakan hijab tidak sesuai aturan.
Kantor berita kalangan aktivis HRANA mengatakan bahwa per hari Sabtu (6/11/2022) sebanyak 318 demonstran sudah tewas dalam aksi-aksi protes, termasuk di antaranya 49 anak di bawah umur. Sementara di kalangan aparat keamanan 38 personelnya tewas.
Bulan lalu media pemerintah mengatakan bahwa lebih dari 46 anggota pasukan keamanan, termasuk polisi, telah tewas, lansir Reuters Selasa (8/11/2022).
Menyusul kabar kematian Mahsa Amini pertengahan September lalu, orang-orang dari semua lapisan masyarakat mengambil bagian dalam aksi protes di berbagai daerah di seluruh penjuru Iran, dengan mahasiswa dan perempuan memainkan peran penting, melambaikan, melepas dan bahkan membakar jilbab kerudung penutup kepala.
Setayeshi mengatakan sejauh ini sudah dua jurnalis Iran menghadapi tuduhan berkolusi melawan keamanan nasional dan propaganda melawan negara, seraya menambahkan bahwa keduanya saat ini berada di penjara di bawah surat perintah penangkapan sementara dan bahwa kasus mereka akan segera diselesaikan.
Salah satu dari mereka yang menghadapi dakwaan adalah Niloofar Hamedi, yang bekerja untuk koran pro-reformasi Sharq dan merupakan orang pertama yang memberi sinyal kepada dunia bahwa ada yang tidak beres dengan kondisi Amini dengan menampilkan foto orang tuanya berpelukan sedih di sebuah rumah sakit di Teheran.
Jurnalis kedua adalah Elaheh Mohammadi, yang meliput pemakaman Amini di tempat tinggal dan kampung halamannya di Saqez, di mana aksi protes bermula.
Sekitar 300 wartawan Iran bulan lalu menuntut pembebasan jurnalis yang ditahan.*