Hidayatullah.com—Peti-peti mati menumpuk tiga tingkat di krematorium di Meissen, Jerman, memenuhi ruangan kantor yang kosong hingga ke lorong-lorong antar ruangan. Banyak diantaranya dibungkus plastik, sebagian dilengkapi dengan tulisan “berisiko infeksi”, “mendesak” atau “Covid”.
Melonjaknya jumlah kematian di daerah Jerman bagian timur itu mendongkrak bisnis bagi manajer krematorium Joerg Schaldach dan anak buahnya. Meskipun demikian, mereka tidak bersorak gembira.
“Situasinya agak tegang bagi kami sekarang ini,” kata Schaldach kepada Associated Press, sementara sebuah mobil jenazah mengantarkan muatannya.
Krematorium itu biasanya pada awal tahun seperti ini kedatangan 70 hingga 100 peti mati, ketika musim penyakit flu merenggut nyawa kaum manula.
“Sudah biasa orang yang meninggal dunia di musim dingin lebih banyak dibanding musim panas,” Schaldach. “Biasanya memang begitu.”
Sekarang, di krematoriumnya ada 300 jasad antre untuk dikremasi dan setiap hari sekitar selusin peti mati dikirim ke tempat itu.
Hari Senin (11/1/2021), Meissen –daerah yang dikenal sebagai produsen keramik—kembali menjadi wilayah di Jerman dengan angka infeksi tertinggi, tiga kali lipatrata-rata nasional. Negara bagian Sachsen, di mana Meissen berada, berada di posisi keenam dari 10 daerah paling terdampak pandemi Covid-19 di Jerman.
Schaldach mengatakan krematorium sebisa mungkin bekerja cepat, menyalakan api di tungku kembarnya setiap 45 menit dan mengkremasi 60 jasad sehari.
Biasanya, sebelum pembakaran dilakukan pihak keluarga diberi kesempatan untuk melihat dan memberikan penghormatan terakhir kepada si mayat. Namun, pandemi coronavirus tidak memungkinkan hal itu dilakukan.
Sebagian kalangan menuding tingginya angka infeksi Covid-19 di Sachsen disebabkan oleh sentimen antipemerintah yang meluas. Sebagaimana diketahui lebih dari seperempat pemilik suara di negara bagian itu memilih kandidat dari partai rasis AfD dalam pemilu nasional yang lalu. Politisi-politisi AfD menolak aturan yang mengharuskan warga mengenakan masker, menolak pembatasan kerumunan, dan bahkan ada di antara mereka yang membantah bahwa pandemi Covid-19 ini memang ada.
Sebagian kalangan lain menuding pekerja asing sebagai biang keroknya. Sebagaimana diketahui panti jompo di negara bagian itu kebanyakan mengandalkan pekerja sosial dari negara tetangga Republik Ceko, di mana kasus infeksinya jauh lebih tinggi.*