Hidayatullah.com–Pihak berwenang Meksiko memulai penyelidikan menyusul temuan 19 mayat hangus terbakar di dalam beberapa kendaraan di kota kecil Santa Anita, dekat perbatasan Amerika Serikat, kata kantor Kejaksaan Tamaulipas.
Para korban diyakini berasal dari Amerika Tengah, dan diduga diciduk dari sebuah rumah perlindungan yang dikelola anggota sebuah kelompok organisasi kriminal di negara bagian Tamaulipas, lapor kantor berita Spanyol EFE mengutip sejumlah saksi, seperti dilansir DW Ahad (24/1/2021).
Polisi negara bagian hari Sabtu menemukan “dua kendaraan hangus terbakar dan sisa beberapa jasad” di jalan pedesaan setelah mendapat laporan dari seorang warga perihal sebuah van yang dilalap api, menurut pernyataan dari kantor kejaksaan.
“Di dalam salah satu van Ada dua jasad di bangku depan, satu jasad lain di sisi pintu sopir, satu lagi di sisi pintu penumpang, serta 15 jasad di bagian belakang kendaraan tersebut,” bunyi pernyataan itu.
Investigasi awal menunjukkan korban tewas akibat tembakan peluru dan kemudian jasadnya dibakar, imbuhnya.
Pihak kejaksaan menegaskan bahwa di lokasi penemuan mayat hangus itu tidak ditemukan selongsong peluru, yang mengindikasikan korban dibunuh di lokasi berbeda.
Sejumlah daerah yang cukup luas di Tamaulipas dikendalikan oleh kartel narkoba Gulf.
Mengutip keterangan sejumlah saksi, EFE melaporkan bahwa kelompok bersenjata dari kartel Cartel del Noreste (CDN) — sebuah cabang sindikat kriminal Zetas — sudah memasuki daerah itu pada hari Jumat guna mencari komandan rivalnya dari kelompok Gulf Cartel (CDG), organisasi kriminal yang dominan menguasai Tamaulipas.
CDN berhasil menemukan 19 orang, diduga berasal dari Guatemala, membunuh mereka sebelum membuang mayat-mayat itu di perbatasan dengan negara bagian Nuevo Leon, lapor EFE.
CDG dan CDN saling serang untuk memperebutkan kawasan timur laut Meksiko sejak Maret 2010. Akibat konflik bersenjata antara kedua geng kriminal itu lebih dari 15.000 orang dilaporkan hilang dan ribuan orang mati.
Meksiko mengalami gelombang kekerasan berkaitan dengan pertempuran antargeng narkoba di sepanjang rute menuju Amerika Serikat.
Sejak Desember 2006, ketika pemerintah federal Meksiko meluncurkan operasi antinarkoba, negara itu mengalami lebih dari 300.000 kematian akibat kekerasan, kebanyakan berkaitan dengan aktivitas kriminal, menurut data pemerintah.*