Hidayatullah.com–Ilmuwan Turki berencana memasukkan materi genetik rumput rambut Antartika ke dalam tanaman gandum agar membuatnya tahan terhadap lingkungan yang sangat gersang dan asin. Denngan duukungan Presiden Turki, Kementerian Industri dan Teknologi, Pusat Penelitian Kutub Universitas Teknik Istanbul dan lembaga lainnya, sebuah tim menghabiskan 30 hari di Antartika pada Februari 2019, sebagai bagian dari Ekspedisi Sains Antartika Nasional Ketiga.
Selama ekspedisi, tim memperoleh tanaman rumput rambut Antartika dari delapan lokasi berbeda. Sampel mereka disimpan di lingkungan pelindung di Universitas Nigde Omer Halisdemir.
“Tanaman telah tumbuh dengan sehat selama dua tahun terakhir. Pada saat yang sama, kami mengambil bijinya dan melakukan studi kultur jaringan. Kami melakukan pengujian untuk menggunakan tanaman ini dalam lanskap di lingkungan dingin [provinsi] Nigde,” kata Zahide Neslihan Ozturk Gokce, dosen di Fakultas Ilmu dan Teknologi Pertanian di Universitas Omer Halisdemir mengatakan kepada Anadolu Agency.
Ia mengatakan tanaman terus tumbuh bila diletakkan di tempat yang dingin tanpa sinar matahari. Gokce mengatakan bahwa rumput rambut Antartika adalah kerabat barley dan gandum dari keluarga tumbuhan Poaceae, termasuk rumput sereal. Tumbuh di lingkungan yang paling langka nutrisi, gersang, dan asin karena kelimpahan air laut Antartika.
Dia mengatakan para ilmuwan bertujuan untuk meneruskan kualitas rumput ini ke tanaman pertanian, menambahkan bahwa ada rencana untuk menggunakan DNA atau materi genetik dari rumput rambut Antartika menjadi tanaman gandum.
Didukung oleh Dewan Riset Ilmiah dan Teknologi Turki (TUBITAK), proyek ini juga akan mendeteksi gen miRNA atau messenger RNA yang memungkinkan rumput rambut Antartika bertahan di lingkungan ekstrem. “Dalam proyek mendatang, direncanakan untuk mendapatkan tanaman transgenik yang tidak kehilangan hasil bahkan jika terjadi kekurangan air akibat perubahan iklim dengan cara mentransfer gen tersebut ke biji-bijian, terutama gandum,” kata Gokce dikutip laman Anadolu Agency.
Ia juga mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah untuk memerangi kekeringan dan salinitas. Pada April 2016, tim peneliti Turki pertama – termasuk dokter, ahli botani, ahli geologi, dan ahli kelautan dari tujuh universitas – telah melakukan perjalanan ke Antartika untuk mempelajari dampak perubahan iklim.
Antartika, benua terdingin di bumi, telah berfungsi sebagai zona penelitian ilmiah sejak penandatanganan Perjanjian Antartika pada tahun 1959, berkomitmen untuk menggunakan benua itu hanya untuk tujuan damai.*