Hidayatullah.com–Dengan semakin dekatnya pelaksanaan Pilpres tanggal 9 Juli 2014 yang akan diikuti oleh pasangan Prabowo- Hatta Rajasa dan Joko Widodo – Jusuf Kalla, membuat aktivis mahasiswa Nahdhatul Ulama (NU) Maroko ikut bersuara.
Nasrulloh Afandi, senior mahasiswa NU Maroko yang juga kandidat doktor maqasid syariah di Universitas Al-Qurawiyin, Maroko mengaku prihatin ulah akhlak para pendukung capres.
“Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Berawal dari Jokowi dan Prabowo akan bertarung di Pilpres. Bangsa Indonesia sedang dilanda musibah besar, yaitu merajalelanya kerusakan akhlak : sedang marak saling hujat, saling hina, saling caci maki, bahkan fitnah ditebar di sana-sini, tanpa ragu dan tanpa malu dilakukan di muka umum, hanya karena mendukung Prabowo atau mendukung Jokowi,” demikian disampaikan Nasrulloh Afandi dalam rilisnya, Rabu (28/05/2014).
Kader NU yang juga putra KH Afandi Abdul Muin Syafi’i, sesepuh NU dari Indramayu, Jawa Barat itu, mengajak para pendukung tak saling hujat karena belum tentu capres yang jadi nanti peduli pada pendukungnya.
“Entah Prabowo atau Jokowi, kalau terpilih menjadi Presiden, juga belum tentu peduli, apalagi (akan) balas budi kepada mereka yang sekarang ini sedang membabi buta saling caci-maki, saling hujat, saling fitnah dengan sesama saudara se bangsa , se tanah air sendiri.”
Yang menyedihkan, menurutnya, musibah besar kerusakan akhlak itu seolah-olah tidak ada beban dan dianggap hal biasa, imbuhnya.
Ia mengajak para pendukung menjauhi tiga hal.
“Ada tiga hal yang sudah akut menjangkit dalam setiap event Kampanye politis di Indonesia; Ghibah (menggunjing), Namimah (manuver adu domba) dan fitnah. Hal ini harus menjadi perhatian serius para pemuka agama dan ulama,” tandas Kang Nasrul yang juga anggota pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyyah Kedungwungu, Krangkeng, Indramayu Jawa barat ini.*