Hidayatullah.com—Di London dan sejumlah kota besar lain di Inggris, tikus menampakkan eksistensinya selama pandemi Covid-19.
British Pest Control Association (BPCA), yang memayungi 700 penangkap hewan perusak di seluruh penjuru Inggris, mengatakan bahwa anggotanya melaporkan kenaikan 51% aktivis hewan pengerat itu selama lockdown pertama pada musim semi lalu dan kenaikan 78% pada bulan November setelah lockdown selanjutnya.
Biasanya tikus menghindari manusia dan menjadikan selokan serta saluran pipa pembuangan air sebagai rumahnya. Akan tetapi, akibat banyak tempat usaha ditutup di kawasan pusat perniagaan, hewan-hewan berkeliaran bebas dan menjadikan restoran, pub, dan bangunan-bangunan kosong sebagai habitat baru mereka sebab mereka mencari sumber pemenuhan kebutuhan perut mereka.
“Sepertinya pola hidup mereka berubah. Tikus, terutama, juga semakin banyak terlihat di daerah pemukiman penduduk. Jejak mereka berkurang di perkotaan dan pedesaan, sebab semakin jarang sisa makanan yang tertinggal di tong-tong sampah dan tercecer di lantai. Tidak hanya itu, tempat sampah di bagian belakang restoran dan pub kosong dan tidak ada sampah makanan sehingga tidak ada yang bisa dikonsumsi oleh kawanan tikus,” kata Natalie Bungay, pejabat teknis BPCA, kepada DW via email (5/3/2021).
“Tikus-tikus sepertinya berpindah dari kota-kota ke daerah dekat pemukiman warga, di mana orang masih memenuhi tong sampah dengan sisa makanan,” says Bungay.
BPCA menyarankan supaya tikus tidak banyak berkeliaran di sekitar kita hendaknya tempat penyimpanan berbagai macam makanan ditutup rapat, memeriksa semua titik dan celah yang sekiranya bisa dimasuki tikus seperti ventilasi udara, serta rajin membersihkan tempat tinggal atau tempat kerja dan lingkungan sekitar.
Hewan pengerat seperti tikus diketahui dapat membawa dan menularkan penyakit seperti “Leptospirosis [Penyakit disebabkan bakteri], Salmonella, Listeria, Toxoplasma gondii [parasit yang membentuk kista dan dapat mengganggu kerja sejumlah organ tubuh], dan Hantavirus [yang dapat menimbulkan penyakit mematikan seperti demam berdarah atau sindrom paru],” papar Bungay.*