Hidayatullah.com—Seorang siswa dipaksa berhenti saat sedang shalat oleh seorang guru di sebuah sekolah di London. Menurut Arab News, Thaher Tarawneh, 12, terpaksa harus melaksanakan shalat di luar musala karena ruangannya tertutup.
Saat kejadian, Thaher dan beberapa temannya sedang melaksanakan shalat di area lapangan di sekolah Ark Soane Academy sebelum dihentikan oleh gurunya. Namun, Thaher tetap melanjutkan sholatnya sementara teman-temannya melarikan diri.
Akibatnya, guru tersebut memanggil beberapa staf sekolah untuk mencegah Thaher melanjutkan shalat sebelum dipulangkan. Menurut media itu, seorang anggota staf diduga mencengkram pinggangnya dan melepaskan blazernya dari lantai, yang ia gunakan sebagai sajadah.
Remaja Muslim ini mengklaim dirinya ditangkap dan dipaksa berhenti shalat oleh seorang guru yang mengatakan kepadanya bahwa itu adalah tindakan pembangkangan. Dia kemudian diminta dikirim pulang pada sore hari dan dipaksa untuk menandatangani pernyataan yang menurutnya bukan cerminan peristiwa yang sebenarnya.
Ayah Thaher menyatakan penyesalannya atas kejadian tersebut.
“Kami mencoba mendidik anak-anak kami untuk memiliki keyakinan tertentu, dan tidak boleh ada anggota staf yang mencoba menghalangi mereka, “ kata Ayahnya. “Menurut pemahaman saya, anak-anak lain melarikan diri karena mereka takut dengan teriakan anggota staf ini.”
“Thaher tahu ia tidak menghentikan shalatnya kecuali ada sesuatu yang darurat. Jadi bagi anggota staf ini untuk menyela itu dan kemudian melanjutkan untuk menganiaya anak saya, itu tidak dapat diterima.”
Dalam sebuah pertemuan, orang tua Thaher meminta untuk melihat rekaman CCTV dari insiden tersebut, tetapi permintaan itu ditolak saat tiba di sekolah. Mereka telah mengajukan keluhan resmi ke sekolah dan Dewan Ealing. Sekolah telah mengkonfirmasi penyelidikan formal sedang berlangsung.
Elizabeth Znider, seorang teman keluarga yang juga hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa dia tidak percaya dengan hasil pertemuan tersebut. “Hal pertama yang dikatakan kepala sekolah adalah bahwa shalat Thaher adalah tindakan pembangkangan, bahwa mereka mempertimbangkan untuk mengecualikannya dan bahwa mereka tidak mengizinkan waktu shalat.”
“Tidak masuk akal karena mereka memiliki musala, tiga perempat dari murid sekolah adalah Muslim dan merupakan persyaratan hukum untuk dapat menjalankan agama dengan bebas,” ujar Elizabeth.
Orang tua Thaher sedang mempertimbangkan untuk mengeluarkannya dari sekolah, dengan mengatakan dia mungkin “didiskriminasi karena agamanya.”
“Kami menyelidiki insiden itu ketika itu menjadi perhatian kami, termasuk meninjau semua bukti yang tersedia dan mewawancarai semua yang terlibat,” kata Matthew Neuberger, Kepala Sekolah Ark Soane Academy. “Pengaduan resmi sekarang telah dibuat, dan prosedur normal akan diikuti untuk memastikan ini ditangani secara adil dan tepat.”
“Sekolah kami bangga atas dukungan yang kami berikan kepada siswa dari semua agama dan kami berkomitmen untuk menyediakan lingkungan yang inklusif untuk semua orang,” tambahnya.*