Khutbah Jumat: Janganlah Kita Ikut-ikutan Perayaan Hari Valentine
Hidayatullah.com — Jelang tanggal 14 Februari, tidak sedikit dari kalangan umat Islam khususnya pada remaja, yang bersiap-siap memeringatinya. Mall-mall dan pusat perbelanjaan bersolek menampilkan atribut serta dekorasi yang menandai datangnya Hari Valetine. Materi Khutbah Jumat kali ini mengajak kaum Muslimin untuk tidak ikut perayaan hari Valentine, yang merupakan wajah buruk budaya Barat.
Berikut khutbah Jum’at berjudul “Khutbah Jumat: Janganlah Kita Ikut-ikutan Perayaan Hari Valentine”
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام
َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Jemaah Shalat Jumat yang Dimuliakan Allah
Jelang tanggal 14 Februari, tidak sedikit dari kalangan umat Islam khususnya pada remaja, yang bersiap-siap memeringatinya. Mall-mall dan pusat perbelanjaan bersolek menampilkan atribut serta dekorasi yang menandai datangnya hari cinta (dalam tanda kutip), dengan menghadirkan aksesoris seperti bunga mawar merah, coklat, lambang love, bahkan memberikan potongan harga besar-besaran untuk menyambutnya.
Hari Valentine sendiri merupakan warisan paganisme (dewa-dewi) zaman Romawi kuno. Mereka meyakini pertengahan bulan Februari merupakan bulan cinta dan kesuburan.
Kepercayaan ini kemudian diwarnai oleh kaum Katolik Roma. Ada pula yang menyebutkan bahwa di tanggal 14 Februari 278 M, Raja Romawi Claudius II, memancung seorang pendeta bernama Valentine atas tuduhan melawan kebijakan negara. Ia, dengan sembunyi-sembunyi, menikahkan para pemuda dan pemudi di saat negara melarang pernikahan bagi rakyatnya.
Hari Valentine tidak lain merupakan wajah buruk budaya Barat. Di satu sisi, mereka memasihkan kata cinta dengan bunga dan coklat di tangan sebelah, tangan satunya menjerumuskan ke dalam jurang kerusakan moral.
Betul, tidak semua hal yang bersumber dari Barat merupakan keburukan. Namun, dalam hal perayaan hari Valentine ini jelas-jelas buruk dan merusak generasi muda. Ada dua hal yang menandai keburukan hari ini.
Pertama, tidak jelasnya sumber perayaan itu sehingga tidak laik umat Islam untuk ikut merayakannya. Kedua, umumnya, perayaan di hari Valentine dilakukan dengan pasangan alias kekasih atau pacar yang jelas ditentang dalam agama kita. Ketika telah bersinggungan dengan pacaran, tak pelak akan menyeret pada perbuatan yang tidak semestinya, seperti pergaulan bebas sampai hubungan intim.
Ma`asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sayangnya banyak para remaja kita yang justru mengikutinya. Mereka seolah tidak mau tahu akibat dan dampak dari apa yang mereka lakukan.
Seakan, membuktikan cinta itu hanya ada di hari yang satu ini saja. Tidak sedikit di antaranya, dari kata-kata menuju tindakan yang seharusnya baru dilakukan oleh pasangan yang telah sah sebagai suami-istri. Padahal, Allah telah menjelaskan dalam Al-Quran:
وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسُۡٔولٗا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS: Al-Israa : 36). Rasul ﷺ bersabda :
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ». قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى؟ قال: «فَمَنْ»
“Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka.” Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani?” Baginda bersabda: “Kalau bukan mereka, siapa lagi? (HR: Bukhari-Muslim).
Lewat sabdanya, Nabi ﷺ menunjukkan kekhawatiran atas nasib generasi sepeninggalnya yang melepaskan atribut dan identitas keislamannya, dengan mengikuti tradisi dan budaya yang bertentangan dengan Islam itu sendiri.
Oleh karena itu, semua pihak harus bersinergi dalam menyelamatkan generasi muda kita dari hal-hal yang bisa membahayakan akidah dan sikap, sehingga mereka menjadi generasi emas yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, serta tentunya berilmu.
Kaum Muslimin yang Berbahagia
Hari Valentine akan memunculkan dan membentuk pola perilaku tercela. Pertama, munculnya akhlak tasyabbuh yaitu usaha seseorang dalam menyerupai sosok yang dikagumi dengan meniru tingkah laku, penampilan, sampai sifat-sifatnya, lalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan meniru dan merayakan praktek kasih sayang yang tidak benar itu, membuat keluhuran kasih sayang dalam Islam, menjadi pudar, tak lagi populer, dan pada akhirnya punah.
Rasul ﷺ telah memagari umat dengan sabdanya, “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” (HR: Tirmidzi).
Kedua, dengan meniru orang lain menunjukkan ketidakberdayaan umat Islam yang pada gilirannya akan meninggalkan ciri-ciri ketinggian nilai Islam, menanggalkan identitas keislaman. Pada akhirnya, membuat umat Islam berperilaku mengikuti trend yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Dengan mengikuti hari Valentine, bukan saja mengikuti pesta untuk menyatakan kasih sayang namun juga mengikutsertakan seks bebas, fashion, pakaian minim, dansa dansi, dan mengumbar nafsu lainnya.
Ketiga, hari Valentine secara tidak langsung memberi keuntungan kepada pihak kapitalis dan menjadikan umat Islam sebagai konsumennya. Mereka yang membuat, memproduksi barang untuk kepentingan perayaan, sementara pembelinya adalah kita umat Islam.
Karenanya, sikap kita mesti berbanding lurus dengan sikap yang mencerminkan jati diri seorang muslim. Perayaan hari Valentine tidak lebih sekadar upaya peringatan kematian seorang pendeta yang dipandang sebagai ‘martir’ cinta.
Berbicara tentang cinta dan kasih sayang, Islam tidak kehabisan bahan untuk itu. Terlebih salah satu pondasi berdiri tegaknya ajaran Islam karena Rahmatan lil A’lamin yang salah satunya memprioritaskan hak (cinta) kepada Allah dari yang lain. Hanya saja, alih-alih menjajal cinta kepada Allah justru cinta kepada sesama manusia sering disalahtafsirkan dengan berpacaran, ber-khalwah (berdua-duaan) di tempat-tempat ramai atau sepi, hingga melakukan hubungan biologis pra-nikah. Akibat dari peringatan hari ini lahirlah anak-anak tanpa bapak disertai merajalelanya aborsi.
Hari Valentine adalah bencana budaya buat kita semua. Sudah waktunya kita buang lalu kita jadikan sebagai monumen kecelakaan sejarah yang tidak perlu ditangisi apalagi diikuti. Demikianlah khutbah Jumat pada kesempatan hari ini. Semoga Allah SWT menyelamatkan generasi muda kita dari pengaruh-pengaruh negatif yang menyeret kepada perilaku tercela dan berdosa.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Penulis Pengurus Anggota DPC Rabithah Alawiyah Kota Malang
Selain Khutbah Jumat tentang Valentine, baca juga Khutbah Jumat lain di sini