Hidayatullah.com — Presiden Recep Tayyip Erdogan mengecam keras serangan ‘Israel’ terhadap jamaah Masjidil Aqsa. Pernyataan yang merupakan solidaritas untuk perjuangan Palestina ini disampaikannya kepada Mahmoud Abbas.
“Dalam pembicaraan kami, Saya menyatakan kepada tuan (Mahmoud) Abbas bahwa saya mengutuk keras intervensi Israel terhadap jamaah di Masjid Al Aqsa dan bahwa kami akan menentang provokasi dan ancaman terhadap status dan spiritualitas Masjid Al Aqsa,” tweet Erdogan pada Ahad (18/04/2022).
Erdogan kemudian mendoakan mereka yang syahid dalam serangan ‘Israel’ dan mendoakan jamaah Masjidil Aqsa yang terluka.
Mantan walikota Istanbul ini menegaskan kembali dukungan Türkiye untuk Palestina, dengan mengatakan, “peristiwa itu mengingatkan kita akan perlunya semua kelompok Palestina untuk bekerja menuju persatuan dan rekonsiliasi.”
Presiden Erdogan juga mengatakan dia menyampaikan rasa terima kasihnya kepada rekan Palestina atas seruannya untuk menahan diri dan kepemimpinan yang bijaksana dalam hal persatuan.
Tindakan yang tidak dapat diterima
Erdogan juga membahas masalah ini dengan Sekjen PBB Antonio Guterres melalui panggilan telepon.
Dia mengatakan kepada Guterres bahwa Ankara mengutuk keras tindakan ‘Israel’ di Masjidil Aqsa, dan menganggap tindakan itu “tidak dapat diterima.”
Mereka juga mengevaluasi langkah-langkah bersama yang dapat dilakukan untuk mencapai perdamaian di kawasan.
Serangan ‘Israel’ ke Masjidil Aqsa
Kekerasan ‘Israel’ meningkat di seluruh wilayah Palestina sejak pasukan zionis menyerbu Masjidil Aqsa pada hari Jumat di tengah bentrokan dengan jamaah, melukai ratusan orang.
Pada hari Ahad, lebih dari 700 pemukim Yahudi ‘Israel’ memaksa masuk ke kompleks Masjidil Aqsa di bawah perlindungan ketat polisi untuk merayakan liburan Paskah Yahudi selama seminggu, yang dimulai pada hari Jumat.
Masjidil Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang-orang Yahudi menyebut daerah itu “Kuil Gunung”, mengklaim bahwa itu adalah situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.
Zionis ‘Israel’ menduduki Yerusalem Timur, tempat Kompleks Al Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967. Ini mencaplok seluruh kota pada tahun 1980, dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.*