Hidayatullah.com — Sebuah kapal yang penuh muatan berisi domba tenggelam pada Ahad di pelabuhan Laut Merah di Sudan. Meski semua awak kapal selamat, ribuan ternak yang berada di dalamnya tidak.
Kapal berisi domba itu awalnya akan bertolak dari Sudan ke Arab Saudi ketika tenggelam setelah kelebihan muatan.
“Kapal Badr 1, tenggelam pada Ahad dini hari,” kata seorang petugas pelabuhan Sudan yang namanya tidak disebutkan. “(Kapal) Itu membawa 15.800 domba, melebihi batas muatannya.”
Pejabat itu mengatakan kapal tersebut seharusnya hanya membawa 9.000 domba.
Pejabat lain, yang mengatakan semua kru diselamatkan, menyuarakan keprihatinan atas dampak ekonomi dan lingkungan dari kecelakaan itu.
“Kapal yang tenggelam akan mempengaruhi operasional pelabuhan,” kata pejabat itu, dilansir Al Jazeera (12/06/2022). “Kemungkinan juga akan berdampak pada lingkungan karena kematian sejumlah besar hewan yang dibawa oleh kapal.”
Omar al-Khalifa, kepala asosiasi eksportir nasional, mengatakan kapal membutuhkan waktu beberapa jam untuk tenggelam di dermaga – yang berarti kemungkinan masih “bisa diselamatkan”.
Nilai total ternak yang hilang adalah $4 juta, kata Saleh Selim, kepala divisi peternakan asosiasi eksportir, membenarkan juga bahwa domba-domba itu dimuat ke kapal di pelabuhan Suakin.
Dia mengatakan pemilik ternak hanya menyelamatkan sekitar 700 domba “tetapi mereka ditemukan sangat sakit dan kami tidak berharap mereka hidup lama”.
Selim menyerukan penyelidikan atas insiden tersebut.
Bulan lalu, kebakaran hebat terjadi di area kargo pelabuhan Suakin, yang berlangsung berjam-jam dan menyebabkan kerusakan parah. Tidak jelas apa yang menyebabkan kebakaran tersebut.
Investigasi telah diluncurkan untuk menentukan penyebab kebakaran, tetapi belum merilis temuannya.
Kota pelabuhan Suakin tidak lagi menjadi pusat perdagangan luar negeri utama Sudan, peran yang telah diambil oleh Pelabuhan Sudan, 60km (40 mil) jauhnya di sepanjang pantai Laut Merah.
Ada beberapa langkah untuk membangun kembali pelabuhan Suakin, tetapi kesepakatan 2017 dengan Turki untuk memulihkan bangunan bersejarah dan memperluas dermaga ditangguhkan setelah penggulingan Presiden lama Omar al-Bashir.
Sudan tetap dicengkeram oleh krisis ekonomi kronis, yang semakin dalam setelah kudeta militer tahun lalu yang dipimpin oleh panglima militer Abdel Fattah al-Burhan.
Pengambilalihan militer memicu tindakan hukuman, termasuk pemotongan bantuan oleh pemerintah Barat, yang menuntut pemulihan pemerintahan transisi yang dipasang setelah Bashir digulingkan.*