Hidayatullah.com—Polisi Turki telah menangkap puluhan aktivis LGBTQ dan seorang jurnalis pada hari Ahad selama Pawai Kebanggaan (Pride) di Istanbul. Pawai pride adalah pawai tahunan yang biasa diselenggarakan penganut LGBT di seluruh dunia.
Para pengunjuk rasa berkumpul di dekat Taksim Square meskipun kantor gubernur melarang pawai di dekat landmark Istanbul yang ikonik. Polisi, berbaris di jalan-jalan guna mengantisipasi pawai, menahan puluhan pengunjuk rasa dan menempatkan mereka di bus di mana mereka ditahan.
Di antara mereka yang ditangkap adalah kepala fotografer AFP Bulent Kilic, yang menurut saksi mata diborgol dari belakang. Gambar yang diunggah secara online menunjukkan ratusan pengunjuk rasa berbaris di jalan-jalan Istanbul membawa bendera simbul LGBT, pelangi, meskipun ada banyak polisi.
“Masa depan itu aneh,” teriak mereka. “Kami di sini. Kami aneh. Kami tidak ke mana-mana.”
Kaos GL Association, Lembaga yang mempromosikan hak LGBTQ melawan diskriminasi, mengatakan di Twitter bahwa polisi telah menahan sedikitnya 52 peserta Pride dan aktivis LGBTQ. “Semua yang ditahan semata-mata karena partisipasi mereka dalam Pride harus segera dibebaskan dan tanpa syarat,” kata Milena Buyum dari Amnesty International.
Diren, seorang mahasiswa berusia 22 tahun, mengutuk kejahatan kebencian yang menargetkan orang-orang LGBTQ . “Kami dilarang, dicegah, didiskriminasi, dan bahkan dibunuh setiap detik dalam hidup kami. Hari ini, adalah hari yang sangat istimewa bagi kami untuk membela hak-hak kami dan untuk mengatakan bahwa kami memang ada,” kata Diren kepada AFP.
“Kekerasan polisi bertujuan untuk menghentikan kami, tetapi itu tidak mungkin. Anda tidak akan bisa menghentikan para queer.”
Pekan lalu, gubernur Istanbul melarang pawai berlangsung selama tujuh tahun berturut-turut. Beberapa jam sebelum pawai, kelompok Istanbul LGBTI Pride Week mengunggah serangkaian tindakan pencegahan keselamatan bagi para demonstran yang menghadiri protes terlarang mereka, mengantisipasi potensi campur tangan polisi.
Penyelenggara mengkonfirmasi Kantor Gubernur Istanbul telah menolak permohonan mereka untuk mengadakan pawai pada hari Jumat. Memposting surat penolakan secara online, kelompok itu menggambarkan alasan larangan itu sebagai “omong kosong yang sama” yang mereka hadapi setiap tahun ketika mengajukan permohonan untuk mengadakan pawai.
Meskipun homoseksualitas tidak dilarang di Turki sejak didirikan sebagai sebuah republik, mayoritas masyarakat menolak perilaku dan kegiatan ini, termasuk aparat.
Pada tahun 2020, raksasa streaming Netflix membatalkan produksi serial di Turki yang menampilkan karakter homosekaual setelah gagal mendapatkan izin pemerintah untuk pembuatan film tersebut. Pada tahun yang sama, merek olahraga Prancis Decathlon menghadapi seruan boikot di Turki karena memposting pesan dukungan untuk orang-orang LGBTQ.
“Kami tidak menyerah, kami tidak takut! Kami akan melanjutkan kegiatan kami di tempat yang aman dan online,” kata penyelenggara minggu kebanggaan.
Pawai kebanggaan pertama Turki diadakan pada tahun 2003, tahun setelah partai AKP dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan berkuasa. Setelah itu Otoritas Istanbul melarang acara tersebut lebih dari sepuluh tahun kemudian.*