Hidayatullah.com—Meskipun mendapat penentangan, OPCW sekarang diberi kekuasaan baru untuk menyebutkan siapa pelaku serangan dengan menggunakan senjata kimia.
Hari Rabu (27/6/2018), lewat pemungutan suara Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) diberi kekuasaan baru, yaitu menyebutkan siapa pelaku serangan kimia yang diselidikinya. Sebelum ini, lembaga pengawas penggunaan senjata kimia itu hanya dapat menyatakan benar atau tidak telah terjadi serangan dengan menggunakan bahan kimia.
Wewenang baru itu, yang diusulkan oleh Inggris, diloloskan lewat dukungan 82 negara anggota OPCW. Sementara 24 negara lain menentangnya.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa penambahan kewenangan tersebut “krusial jika kita ingin meredam penggunaan senjata yang sangat keji ini,” lapor Deutsche Welle.
Inggris mengusulkan mosi itu menyusul serangan atas mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya Julia di Salisbury dengan menggunakan gas saraf Novichok. Inggris berulang kali menuding Rusia sebagai pelakunya, tetapi pemerintah di Kremlin membantahnya dan menyebut tudingan itu sebagai konspirasi anti-Rusia.
Tahun lalu, penentangan Rusia di Dewan Keamanan PBB secara efektif mengakhiri kerja tim UN-OPCW yang bertugas menyelidiki dugaan serangan-serangan kimia di Suriah. Tim itu, yang diberi wewenang untuk menyebutkan siapa pelaku serangan, diklaim Rusia bias dan tidak akurat.
Rusia, Iran dan Suriah termasuk negara yang memberikan suara menentang atas usulan yang digagas Inggris itu. Sementara Amerika Serikat dan Uni Eropa mendukungnya.
Diplomat-diplomat Rusia berulang kali menuduh London mengajak sekutu-sekutunya untuk melawan Rusia. Sekarang mereka menarik OPCW ke dalam “permainan mereka.”
Menteri Perindustrian Rusia Georgy Kalamanov mengatakan kepada para reporter bahwa sekarang banyak negara yang “mulai berpikir perihal bagaimana organisasi ini (OPCW) akan eksis dan berfungsi di masa depan.”
“OPCW adalah sebuah Titanic yang bocor dan mulai tenggelam,” kata Kalamanov, mengumpamakan organisasi itu seperti kapal Titanic yang besar, megah tetapi nasibnya buruk tenggelam di tengah lautan.
Sebelumnya, Rusia mengatakan Dewan Keamanan PBB merupakan satu-satunya tempat untuk mendiskusikan siapa yang bersalah melakukan serangan kimia.
OPCW diperkirakaan tidak lama lagi akan mempublikasikan laporan tentang serangan besar di kota Douma, Suriah. Sementara para diplomat Barat menuding rezim Suriah menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil dalam serangan tersebut, Rusia dan Damaskus mengklaim serangan itu “dipentaskan” oleh AS dan sekutunya.*