Hidayatullah.com—Watford telah membatalkan pertandingan persahabatan melawan tim nasional Qatar setelah reaksi keras dari kelompok penggemar atas masalah hak asasi manusia. Pekan lalu, klub divisi dua Inggris itu mengumumkan bahwa mereka akan menghadapi tuan rumah Piala Dunia 2022 pada awal Juli sebagai bagian dari kamp pelatihan pra-musim di Austria.
Watford Football Club merupakan tim sepak bola profesional Inggris yang bermarkas di Watford, Hertfordshire, dan bermain di Liga Kejuaraan Inggris. Menyusul pengumuman tersebut, kelompok penggemar Women of Watford dan Proud Hornets merilis pernyataan yang mengungkapkan “kekecewaan”.
“Kami mendesak tim kami untuk menunjukkan dukungannya untuk semua hak asasi manusia, komunitas LGBT+ dan hak-hak perempuan di pertandingan dan akan membahas ini secara langsung dengan klub,” katanya dikutip Midle East Eye (MEE).
Hari Senin, Watford mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa pertandingan latihan tidak akan lagi dilanjutkan. “Permainan ini tidak pernah selesai dan menjadi sangat jelas bahwa ini adalah permainan yang tidak boleh dimainkan; karena itu, jadwal direvisi,” kata juru bicara klub.
Kedua kelompok penggemar mengatakan bahwa “senang” bahwa klub telah mendengarkan kekhawatiran mereka dan membatalkan pertandingan. “Saya sangat kecewa dengan keputusan awal klub untuk memainkan pertandingan melawan tim nasional dari rezim yang menindas, tetapi saya memuji klub karena membalikkan keputusan dan mendengarkan para penggemar,” kata Callum Jewell, salah satu pendiri Proud Hornets, mengatakan kepada MEE.
Dia mengatakan bahwa Qatar tidak melakukan cukup banyak untuk meningkatkan hak-hak orang dan wanita LGBTQ+, dan menambahkan bahwa jika pertandingan dilanjutkan, dia dan penggemar lainnya di stadion akan membuat kehadiran mereka diketahui karena masalah hak.
Kekhawatiran Piala Dunia
Qatar adalah negara di Timur Tengah yang tegas menolak kelainan seks sesama jenis alias LGBT. Tindakan sesama jenis antara orang dewasa yang menyetujui secara pribadi adalah tindak pidana di Qatar yang dapat dihukum hingga tujuh tahun penjara.
Ditanya tentang penggemar LGBTQ+ di Piala Dunia, Fatma Al Nuaimi, Direktur Komunikasi Komite Penyelenggara Lokal Qatar, mengatakan kepada MEE pada bulan Desember: “Semua orang diterima tanpa memandang ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual mereka.”
“Apa yang kami minta dari orang-orang dan semua komunitas ini adalah untuk menghormati budaya dan tradisi negara itu sendiri, dan menerima kami sebagaimana mereka meminta kami untuk menerimanya,” katanya.*