Hidayatullah.com– Empat wanita dan 13 anak yang merupakan istri atau anak dari anggota ISIS direpatriasi ke Australia dari Suriah.
Mereka hari Sabtu (29/10/2022) tiba di negeri kanguru setelah bertahun-tahun mendekam di kamp-kamp tahanan di Suriah, lansir BBC.
Pihak berwenang mengatakan sekitar 60 warga Australia akan direpatriasi.
Ribuan orang yang bergabung dengan ISIS dan keluarga dari mereka yang meninggal ditawan di kamp-kamp penahanan Suriah sejak ISIS dinyatakan kalah teritorial di Suriah dan Iraq pada Maret 2019.
Sejak itu wanita dan anak-anak Australia – istri, putra dan putri pejuang ISIS yang tewas atau dipenjara – ditempatkan di kamp penahanan al-Hol dan Roj di bagian timur laut Suriah yang dikuasai Kurdi.
Awal tahun ini Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa mereka yang dikurung di kamp-kamp tersebut menjalani kondisi parah yang setara dengan penyiksaan.
Kelompok pertama meninggalkan kamp Roj pada hari Kamis dan menyeberang ke Iraq di mana mereka kemudian menaiki pesawat terbang menuju New South Wales, lapor lembaga penyiaran milik pemerintah Australia ABC hari Jumat.
Purti dari Kamalle Dabboussy termasuk dalam kelompok itu.
Dabboussy mengatakan putrinya yang bernama Mariam, 31, “dipaksa” bepergian ke Suriah oleh suaminya yang sekarang sudah meninggal.
Australia terakhir kali merepatriasi warganya dari sebuah kamp di Suriah pada 2019, pada masa pemerintahan koalisi pimpinan Perdana Menteri Scott Morrison. Ketika itu delapan anak dan cucu dari dua petempur ISIS yang sudah tewas dipulangkan ke Australia.
Langkah repatriasi oleh Australia itu mengikuti kebijakan serupa yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Italia, Jerman, Prancis, Belanda, Belgia, Inggy, serta Kanada.
Menteri Dalam Negeri Clare O’Neil berkata repatriasi dilakukan setelah dilakukan asesmen terlebih dahulu atas para wanita dan anak-anak yang akan dipulangkan.
Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan prioritas pemerintahnya adalah memastikan warga negara Australia tetap aman.
Namun, oposisi dari Liberal-Nasional yang dipimpin oleh Peter Dutton mengkritik skema repatriasi itu. Dia berpendapat langkah itu bukan demi kepentingan terbaik negara Australia, dengan mengatakan para wanita ISIS itu telah bercampur dengan “orang-orang yang membenci negara kita, membenci cara hidup kita”.