Hidayatullah.com—Bekas presiden Afrika Selatan FW de Klerk telah menarik diri dari keikutsertaannya dalam sebuah seminar di Amerika Serikat di mana dia dijadwalkan akan berbicara tentang supremasi hukum, rasisme dan hak-hak kaum minoritas.
Yayasannya mengatakan bahwa bekas pemimpin Apartheid di Afsel itu tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri dan tuan rumah yang mengundangnya, American Bar Association (ABA), mengingat iklim rasial belakangan ini di Amerika Serikat.
Media di Afsel mengatakan bahwa penarikan diri De Klerk itu dilakukan setelah ada protes dari kelompok-kelompok yang menentang partisipasinya dalam seminar itu sebagai pembicara, lansir BBC Ahad (21/6/2020).
ABA mengkonfirmasi kabar penarikan diri De Klerk dari acara yang akan digelar pada tanggal 1 Juli itu.
Yayasan De Klerk mengatakan tuduhan bahwa bekas presiden Afsel era Apartheid itu terlibat dalam pelanggaran berat hak asasi manusia merupakan tudingan yang tidak berdasar.
De Klerk menjabat kepala pemerintahan Afrika Selatan sampai tahun 1994. Meskipun merupakan minoritas, selama puluhan tahun kaum kulit putih yang merupakan keturunan kaum penjajah Afrika dari Eropa menguasai pemerintahan negeri itu.
Pemerintahan kulit putih memberlakukan kebijakan Apartheid terhadap orang-orang selain mereka, mendiskriminasi, menindas dan bahkan menyiksa kaum kulit hitam dan berwarna. Tokoh pejuang anti-Apartheid di Afsel yang paling tersohor adalah mendiang Nelson Mandela.
Pada bulan Februari, De Klerk meminta maaf karena dia “sewot” ketika membahas apakah Apartheid merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam sebuah wawancara di televisi. Pernyataan-pernyataan De Klerk membuka luka lama warga asli Afrika yang tertindas semasa Apartheid.*