Hidayatullah.com– Penghuni tertua penjara Amerika Serikat di Guantanamo sudah dipulangkan ke negaranya, Pakistan, setelah dikurung selama hampir dua dekade.
Saifullah Paracha, 75, ditangkap dua tahun setelah serangan 11 September 2001 atas gedung World Trade Center (WTC) di New York City, Amerika Serikat, yang ditudingkan kepada para simpatisan Al-Qaeda sebagai pelakunya.
Paracha dituduh mendanai kelompok bersenjata itu, tetapi senantiasa membantah tuduhan dan kukuh menyatakan dirinya tidak bersalah dan dia tidak pernah secara resmi didakwa dan dibawa ke pengadilan.
Penjara yang dikelola militer Amerika Serikat di wilayah Kuba itu pernah menampung ratusan orang yang dicurigai sebagai militan atau simpatisan Al-Qaeda menyusul serangan 9/11 tersebut.
“Saif Ullah Paracha, seorang warga negara Pakistan, yang ditahan di Guantanamo Bay, sudah dilepaskan dan tiba di Pakistan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2022,” kata Kementerian Luar Negeri Pakistan seperti dilansir BBC.
“Kami senang bahwa seorang warga negara Pakistan yang ditahan di luar negeri akhirnya bersatu kembali dengan keluarganya,” imbuh pernyataan itu.
Clive Stafford-Smith, pengacara Paracha, mempertanyakan mengapa butuh waktu sangat lama untuk melepaskan kliennya.
“Dia sudah diputuskan untuk dibebaskan sejak lebih dari setahun lalu … dia biasanya bersenandung kepada saya lagu The Eagles ‘Hotel California ‘, di mana ada liriknya yang berbunyi ‘Kamu bisa keluar tetapi tidak bisa pergi’,” kata Stafford-Smith dalam acara BBC’s Newshour.
Paracha ditangkap pada Juli 2003 di Thailand setelah operasi penyergapan oleh agen-agen FBI [Biro Investigasi Federal] Amerika Serikat.
Paracha, yang pernah sekolah di AS, dituduh oleh aparat Amerika melakukan kontak dengan sejumlah tokoh Al-Qaeda termasuk Osama bin Laden dan Khalid Sheikh Mohammed.
Setelah 14 bulan dikurung di penjara militer AS di Bagram, Afghanistan, dia dipindahkan ke Guantanamo.
Pada masa pemerintahan Obama, pemerintah AS berjanji akan segera menutup penjara itu, yang diketahui menjadi tempat penyekapan orang-orang yang yang diculik atau ditangkap tanpa proses hukum oleh aparat AS dengan alasan perang melawan teroris.
Presiden AS Joe Biden didesak untuk melepaskan orang-orang yang dikurung di sana tanpa ada proses hukum dan tidak didakwa.
Tahun lalu, pemerintahan Biden menyetujui pembebasan Paracha, bersama seorang warga Pakistan lain bernama Abdul Rabbani yang berusia 55 tahun, serta warga Yaman berusia 41 tahun bernama Uthman Abdul al-Rahim Uthman.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Pakistan tidak menyebut Rabbani.
Masih ada 35 orang yang saat ini dikurung di Guantanamo, termasuk Khalid Mohammed yang disebut sebagai “atak dari serangan 9/11” dalam berkas laporan 9/11 Commission Report.
Pengacara dari Paracha mengatakan dia memperkirakan akan ada beberapa tahanan yang akan dibebaskan kurun beberapa bulan ke depan.
“Saya masih memiliki empat klien di sana [di Guantanamo], semuanya sudah mendapatkan izin untuk dibebaskan,” katanya kepada BBC, seraya menambahkan bahwa ini merupakan hal yang “memalukan bagi AS”.*