Hidayatullah.com—Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyebut nama-nama sejumlah pejabat pemerintah, termasuk hakim, anggota Kongres dan pejabat militer yang dituduhnya terlibat dalam jaringan perdagangan narkoba, hanya beberapa jam setelah berjanji akan menembak mati para pengedar narkoba.
Dalam pidato yang disiarkan lewat televisi ke seluruh penjuru negeri, hari Ahad pagi (7/8/2016), Duterte mengatakan para pejabat yang disebutnya terlibat narkoba akan menjalani persidangan di pengadilan. Dia membenarkan pengumuman yang disampaikannya itu, dengan mengatakan bahwa dirinya telah mengucapkan sumpah jabatan dengan janji akan memberitahukan kepada publik soal kondisi “narko-politik” di negara itu.
Dilansir Aljazeera, situs berita Rappler melaporkan bahwa dari total 158 nama pejabat yang disebut Duterte, kebanyakan adalah pejabat politik dan militer, serta 3 anggota Kongres dan 7 hakim.
Pengumuman itu disampaikan Duterte di Davao, di mana dia pernah menjabat sebagai gubernur sebelum melenggang ke Istana Malacanang.
Sebelumnya pada hari Sabtu, Duterte menegaskan kembali bahwa perintah “tembak mati” yang pernah diutarakannya berlaku sampai akhir masa jabatannya jika “saya masih hidup saat itu.”
“Saya tidak peduli dengan hak asasi manusia, percaya sama saya,” kata Duterte, menurut transkrip resmi pidatonya yang dirilis istana kepresidenan.
Sejak Duterte menang telak pemilu Mei lalu, sekitar 800 orang telah ditembak mati, menurut laporan media lokal.
Dalam pidatonya, Duterte menegaskan bahwa para pejabat pemerintah yang menyalahgunakan kedudukannya, untuk terlibat dalam perdagangan narkoba yang merusak kehidupan rakyat Filipina, adalah orang-orang yang masuk dalam daftar teratas sebagai target.
Duterte juga menjamin kekebalan hukum bagi tentara dan polisi yang melaksanakan perintah tembak mati itu saat melakukan tugasnya.
Duterte tidak peduli dengan kecaman atas perintah tembak matinya yang datang dari berbagai kelompok pemerhati HAM, termasuk dari lembaga keuskupan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Presiden Filipina itu menegaskan bahwa dia sedang menghadapi perang [melawan narkoba].
Pihak Kepolisian Filipina mengatakan lebih dari 500.000 orang telah menyerahkan diri kepada pihak berwenang di berbagai daerah dan berjanji tidak akan menggunakan narkoba ilegal lagi.*