Jum’at, 16 September 2005
Hidayatullah.com—Ketidakjelasan hukum penahanan para tahanan di penjara Guantanamo ini sesungguhnya bukanlah hal baru. Dewasa ini, di penjara itu ditahan sekitar 500 orang, hampir seluruhnya tanpa tuduhan jelas.
Baru-baru ini, petugas Palang Merah dan beberapa orang pengacara hukum AS, yang diizinkan secara rutin mengunjungi para tahanan, melaporkan situasi yang dramatis di tempat itu.
Scott Sulivan dari kantor pengacara ‘Allen and Overy’ di New York, yang membela 11 orang klien warga Yaman mengatakan bahwa para pelaku mogok makan sebagian sudah menolak pemberian makanan maupun minuman.
“Aksi mogok makan diorganisir sedemikian rupa, di mana tahanan bergabung untuk melakukan mogok makan pada waktu yang berbeda-beda. Dan dalam waktu yang berbeda-beda pula, para tahanan menolak pemberian minuman. Jadi, kami memiliki klien yang memulai aksi mogok makan tanggal 6 September, dan juga klien yang menolak minuman sejak tanggal 9 September, “ ujar Sulivan sebagaimana dikutip kantor berita Irib.
Militer AS melaporkan, jumlah pelaku aksi mogok makan, hingga hari Rabu (14/9), sudah mencapai 128 orang atau lebih dari seperempat dari seluruh tahanan di Guantanamo.
Seorang Kapten Angkatan Laut AS, John Adams melaporkan, “Dari tahanan yang mogok makan, saat ini 18 orang dirawat di rumah sakit kamp tahanan militer. Lima orang diantaranya diberi makanan melalu selang lewat hidung dan tiga diantaranya diberi infus.”
Aksi ini, merupakan aksi mogok makan yang kedua pada tahun ini di kamp tahanan militer Guantanamo. Aksi mogok makan pertama pada bulan Juni lalu berlangsung selama enam pekan, bertujuan memprotes kondisi di tahanan serta dugaan aksi penyiksaan oleh para sipir militer.
Aksi mogok makan kali ini, bertujuan menekan pemerintahan Amerika Serikat untuk segera mengakhiri status tanpa hukum di kamp militer Guantanamo. Dewasa ini, berbagai proses hukum sedang dibahas di pengadilan banding AS, dimana hendak dituntut kejelasan status hukum dari para tahanan. Militer AS berharap dapat menghentikan aksi mogok makan ini secepat mungkin.
“Hampir setiap hari dilakukan konsultasi di berbagai sel tahanan, dengan tujuan untuk menghentikan aksi tersebut. Kami berusaha keras agar para tahanan mau kembali makan, ” ujar Kapten John Adams.
Sebagian besar dari sekitar 500 tahanan, sudah ditahan di kamp militer AS Guantanamo, Kuba, sejak tiga tahun lalu tanpa tuntutan hukum apapun. Sejauh ini sekitar 200 tahanan sudah dibebaskan dan dipulangkan ke negara asalnya, atau dikirim ke negara ketiga, yang menyatakan bersedia menampung mereka. (dwwd)