Hidayatullah.com | Sahabatalaqsha.com | ElectronicIntifada–Di antara jutaan orang yang terusir dari rumah akibat perang di Suriah, ada sekitar 270.000 pengungsi Palestina yang juga kehilangan tempat tinggal. Tetapi, 20.000 pengungsi Palestina di Yarmouk, Damaskus, menghadapi nasib yang jauh lebih buruk. Kamp pengungsian tersebut dikepung oleh tentara Suriah sejak musim panas tanpa akses makanan, obat-obatan, dan perlengkapan lain.
Akibat pengepungan ini, sudah ada 15 pengungsi Palestina yang meninggal karena kelaparan, sebagaimana dilaporkan Chris Gunnes, jurubicara UNRWA (Badan PBB untuk pengungsi Palestina).
”Keberadaan pasukan bersenjata di area Yarmouk sejak akhir 2012 dan pengepungan oleh tentara pemerintah telah menggagalkan semua upaya kemanusiaan kami,” Gunnes menuturkan kepada agen beritan Ma’an News. Wartawan BBC, Lyse Doucet, juga melaporkan pada 20 Desember 2013, hanya ada lobak yang dijual di pasar Yarmouk.
Komisaris Jendral UNRWA, Filippo Grandi, mengingatkan bahwa kondisi kemanusiaan di kamp pengungsi yang terkepung ini memburuk secara drastis. “Jika situasi ini tidak diselesaikan segera, mungkin akan terlambat untuk menyelamatkan ribuan nyawa termasuk anak-anak di sana,” kata Grandi.
Yarmouk telah menjadi kamp pengungsi Palestina sejak tahun 1957. Sekitar 160.000 rakyat Palestina dan puluhan ribu rakyat Suriah tinggal di area Yarmouk ini. Situasi memburuk dengan tajam sejak Desember 2012 yang menyebabkan 140.000 pengungsi Palestina kehilangan rumah mereka di Yarmouk.
Pada Desember 2012 tersebut, kamp Yarmouk dibom untuk pertama kalinya oleh pesawat tempur pemerintah. Sebuah bom menghantam masjid tempat orang-orang berlindung, beberapa orang meninggal karenanya. Puluhan ribu rakyat Palestina melarikan diri dari rumah karena serangan ini, meninggalkan segalanya di kamp pengungsi. 80.000 di antaranya mengungsi ke Libanon, 20.000 ke Yordania, dan 1.200 ke Gaza.
Presiden Palang Merah Internasional, Peter Maurer, mengatakan bahwa dibutuhkan segera bantuan untuk area terkepung seperti Ghouta Timur, Kota Tua Homs, Yarmouk, dan Ma’domiyah. “Tidak ada pembenaran atas pemerintah Suriah yang menolak makanan atau pasokan ke kamp Yarmouk dan daerah terkepung lainnya. Menggunakan makanan sebagai senjata pembunuh adalah kejahatan keji,” tegas Maurer.*