Hidayatullah.com–Kelompok Pertahanan Sipil Suriah yang dikenal dengan White Helmet mengatakan serangan udara terbaru rezim Suriah Senin malam di sebuah sekolah di Ghouta Timur telah menewaskan 17 anak-anak yang berlindung di ruang bawah tanah gedung tersebut, seperti dikutip alaraby.co.uk.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan serangan itu menghantam Arbin, kota utama di daerah Ghouta Timur yang dikuasai kelompok oposisi yang telah dikepung pasukan rezim Bashar selama lebih dari satu bulan.
“Tiga rudal dari satu serangan udara menghantam sekolah, di mana tingkat bawah tanah digunakan sebagai tempat penampungan,” kata Rami Abdel Rahman, Ketua Kelompook Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah, yang berbasis di Inggris.
“Petugas penyelamat masih mencari orang-orang yang selamat,” katanya dikutip AFP.
SOHR mengatakan serangan Senin malam diduga dilakukan oleh Rusia. Hal itu berdasarkan pola terbang, amunisi yang digunakan, dan pesawat terbang yang digunakan.
Moskow mengatakan pihaknya membantu pemerintah Suriah “menghabisi” para pejuang di Ghouta Timur tetapi membantah telah melakukan serangan udara terhadap warga sipil.
Sejak 18 Februari, pasukan Suriah dan milisi sekutu telah melakukan serangan ganas dan serangan udara guna mengusir kelompok oposisi dari Ghouta, timur Damaskus.
Mereka telah menguasai lebih dari 80 persen bekas wilayah oposisi dan telah memecah wilayah yang tersisa menjadi tiga bagian, masing-masing dikuasai oleh kelompok pejuang yang terpisah.
Arbin yang merupakan salah satu wilayah kantong dikuasai oleh faksi Islam Faylaq al-Rahman.
Baca: Pelanggaran Serius Hukum Internasional di Ghouta Timur
Pasukan Suriah telah melakukan serangan balik terhadap mereka dalam beberapa hari ini, membuka “koridor” bagi warga sipil yang ketakutan untuk melarikan diri ke wilayah yang dikuasai pemerintah.
Penduduk lain memilih untuk melarikan diri lebih dalam ke daerah pejuang yang menyusut.
White Helmet, yang bekerja untuk mengeluarkan orang-orang keluar dari puing setelah serangan udara, mengatakan timnya di Arbin telah memberikan tanggapan atas serangan terhadap “ruang bawah tanah” di sana.*