Hidayatullah.com—Para aktivis dan staf Anadolu Agency hari Rabu, (20/12/2017) menggelar aksi solidaritas untuk mendukung bayi Suriah yang kehilangan ibu dan sebelah matanya, yang telah menjadi simbol perlawanan terhadap Bashar Al-Assad, di Ghouta Timur yang dijajah.
Aktivis telah meluncurkan sebuah kampanye untuk mendukung seorang bayi Suriah yang kehilangan pandangan dan memiliki tengkoraknya hancur dalam dua serangan rezim Assad yang terpisah di kampung halamannya yang terkepung di dekat Damaskus.
Para aktivis memegang potret Karim, bayi dua tahun, yang kehilangan ibu dan mata kirinya dalam serangan oleh rezim Bashar al Assad bulan lalu di wilayah Ghouta Timur. Para aktivis menyatakan solidaritas dengan menutup mata kiri dengan tangan mereka.
Video Anadolu Agency tentang tragedi Karim dan keluarganya juga telah banyak dibagikan di Twitter untuk mempromosikan solidaritas dengan Karim.
Karim pertama kali terluka pada akhir Oktober ketika peluru menyasar sebuah pasar di Hammouria, wilayah yang dikuasai kelompok oposisi. Serangan menewaskan ibunya, membunuh seorang wanita hamil dan anaknya dalam kandungan.
Karim akhirnya melanjutkan hidup tanpa sang ibu. Ia kehilangan sebelah matanya dan luka di sekujur kepalanya.

Penderitaan luar biasa yang dialami Karim mendapat perhatian dunia. Foto Karim yang mengenaskan beredar luas.Ribuan orang menunjukkan dukungan terhadap Karim dengan tagar #SolidarityWithKarim.
Pesan-pesan dalam bahasa Arab, Inggris, dan Turki bermunculan di Twitter dengan tagar #BabyKarim I see you” dan #EasternGhouta siege must end”.
Teman-teman terkasih, saya berdiri dengan bayi 2 bulan Karim yang kehilangan mata dan ibunya di Suriah. Apa kejahatan seorang bayi? Tolong #StandWithKarim.
Serangan rezim yang sedang berlangsung di Ghouta Timur, pinggiran kota Damaskus, mengubah kehidupan warga sipil di daerah tersebut menjadi mimpi buruk tanpa akhir.
Baca: Setelah Serangan Senjata Kimia, Sejumlah Bayi Suriah Lahir Cacat
Rumah bagi sekitar 400.000 warga sipil, Ghouta Timur dikepung oleh pasukan rezim Bahar al Assad sejak Desember 2012.
Daerah yang terkepung berada dalam jaringan zona de-eskalasi yang didirikan di Suriah oleh Turki, Rusia, dan Iran dimana tindakan agresi dilarang secara eksplisit.
Suriah telah terkunci dalam perang sipil yang kejam sejak awal 2011, ketika rezim Assad menindak demonstrasi pro-demokrasi dengan keganasan yang tak terduga.
Sejak itu, ratusan ribu orang terbunuh dan lebih dari 10 juta orang mengungsi, menurut pejabat PBB.
Badan anak-anak PBB mengatakan pekan lalu bahwa 137 anak-anak memerlukan evakuasi segera, lima orang telah meninggal karena kurangnya perawatan medis. Namun Rezim Bashar al Assad menolak mengizinkan PBB memindah hampir 500 orang yang memerlukan evakuasi medis ke rumah sakit beberapa menit lagi.*/Sirajuddin Muslim