Hidayatullah.com–Meski memblokade Jalur Gaza dari darat, laut, dan udara, Zionis Israel tetap memasok barang-barang dagangannya ke Gaza. Di setiap toko kelontong yang hidayatullah.com datangi untuk membeli barang-barang kebutuhan harian, pasti ditemukan produk-produk dengan kemasan bertulisan bahasa Ibrani. Mulai dari perlengkapan mandi, bahan makanan dan minuman. Seperti tak mau ketinggalan, mi instan asal Indonesia, juga ditemukan di setiap toko kelontong di Gaza.
Kembali ke barang-barang Zionis, di jalan juga banyak ditemukan barang-barang yang pasok dari wilayah Palestina yang dijajah Zionis. Seperti mobil, alat-alat elektronik, mobil truk pengangkut Cola-Cola yang hilir mudik, hingga semen merek Negev asal Israel. Padahal oleh Zionis, semen termasuk dalam daftar barang terlalang untuk dipasok ke Gaza.
Tidak ada resto KFC dan McDonalds di Gaza. Tapi pabrik minuman soda saingan Coca-cola, yakni Pepsi Cola, wujud di Gaza.
Seperti disinggung pada tulisan sebelumnya – Kekenyangan di Gaza – mata uang yang berlaku di Gaza adalah mata uang Zionis, yakni Shekel. Hidayatullah.com sempat menanyakan perihal alasan mengapa Shekel menjadi mata uang resmi di Gaza, dan mengapa banyak terdapat barang Israel di Gaza. Namun jawaban yang didapat belum memuaskan.
“Kami masih terjajah,” demikian jawaban yang lazim diucapkan para pedangang.
Di pasar, buah-buahan seperti Apel juga seratus persen didatangkan dari wilayah Zionis. Produk olahan susu pabrikan seperti susu, yogurt, keju, dan lainnya juga banyak yang bertuliskan aksara Ibrani.
****
Meski Zionis menganggap Gaza sebagai daerah berbahaya, tapi Zionis tidak sepenuhnya menutup perlintasan Gaza dengan wilayah Zionis. Warga Gaza masih bisa masuk ke wilayah Zionis untuk berobat, berbisnis, dan berkunjung ke kerabat mereka di Tepi Barat atau di daerah Palestina lain yang dijajah Yahudi.
Satu-satunya perlintasan Gaza-Israel yang masih beroprasi adalah perlintasan Erez yang berhadapan denga perlitasan Bait Hanun yang dikuasai pemerintahan Palestina, Gaza. Perlintasan ini ada di ujung utara Jalur Gaza.
Kata polisi setempat, rata-rata setiap harinya ada 15-20 orang Gaza yang lewat untuk berziarah (berkunjung/melancong), sekitar 110 orang pedagang, dan sekitar 30 orang sakit.
“Tapi kalau ada serangan atau perang, perlintasan ini ditutup total,” katanya.
Orang-orang yang sakit biasanya pergi ke rumah sakit di Tel Aviv, Nablus, Khalil, Magazi, atau Mizan. Para pedagang ke Israel untuk membeli mobil, produk-produk elektronik, dan buah-buahan. Mereka keluar dan masuk lewat perlintasan ini. Sedangkan barang yang mereka beli akan dikirim melalui perlintasan khusus barang di perlintasan Karim Abu Salem di Rafah, selatan Jalur Gaza.
Sang polisi perbatan mengaku tidak pernah berhubungan langsung dengan polisi Yahudi penjaga perbatasan Erez di seberangnya. Katanya, di pintu Erez selalu ada polisi Palestina dari Ramallah yang menjadi penghubung pos Bait Hanun dengan Erez.*