Hidayatullah.com – Pasukan militer dan keamanan Mesir bekerja sepanjang waktu untuk mendirikan tembok beton baru di sisi perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza. Proyek ini diperkirakan akan selesai pada pertengahan tahun 2020, sumber di Palestina mengatakan pada Middle East Eye (MEE).
Mesir memulai tahap konstruksi pertama pada 27 Januari di area yang membentang dari persimpangan komersial Karm Abu Salem ke persimpangan Rafah. Tembok itu direncanakan membentang sejauh dua kilometer di tahap pertama, dan memiliki tinggi enam meter di atas tanah dan lima meter di bawah tanah.
Pakar keamanan di Kementerian Dalam Negeri Gaza yang dikelola Hamas, Muhammad Abu Harbeed mengatakan bahwa kepemimpinan Palestina di Gaza memahami kebutuhan keamanan Mesir, menambahkan bahwa pembangunan tembok baru meningkatkan “kepentingan keamanan” kedua belah pihak.
Tetapi langkah tersebut tidak disambut baik oleh semua orang di wilayah Palestina yang diblokade. Beberapa pihak melihat pemilihan waktu konstruksi tembok mencurigakan mengingat pengungkapan rencana AS untuk Zionis Israel dan Palestina yang telah ditolak oleh kepemimpinan Palestina.
Kemajuan pembangunan tembok
Perbatasan antara Mesir dan Gaza memiliki panjang total 14 kilometer. Tembok baru berjarak sekitar 10 meter dari tembok yang sebelumnya telah dibangun oleh militer Mesir pada tahun 2008, MEE dapat melihat itu dengan jelas.
Menurut informasi yang tersedia, tahap kedua pembangunan tembok akan berfokus untuk memperketat kendali bagian-bagian perbatasan yang terpisah. Yang membentang dari penyeberangan perbatasan Rafah ke Laut Mediterania – sektor yang diklaim militer Mesir titik lemah yang digunakan untuk ‘penyelundupan’ ke dalam dan ke luar Gaza.
Seorang petugas yang bekerja untuk pasukan keamanan Hamas di Gaza mengungkapkan pada MEE para perancang Mesir dan pakar militer secara berkala memonitor kemajuan pekerjaan kontruksi itu dari sisi perbatasan Palestina. Delegasi insinyur dan teknik Mesir mengunjungi Gaza pada 13 Februari dan melakukan tur lapangan di sepanjang perbatasan.
Kunjungan ini terjadi setelah kunjungan serupa beberapa hari sebelumnya oleh sebuah delegasi keamanan Mesir yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Ahmed Abdel Khaliq, anggota Badan Intelejen Umum Gaza, pada 10 Februari.
Petugas keamanan Palestina, yang meminta namanya disamarkan, berdalih, pembangunan tembok dan tur delegasi Mesir telah dikoordinasikan dengan Hamas, dalam kerangka pengaturan keamanan baru dengan Mesir untuk mencegah infiltrasi militan ke Semenanjung Sinai.
Menghancurkan terowongan-terowongan
Keputusan untuk membangun tembok yang menjangkau jauh ke dalam tanah bukanlah suatu kebetulan. Mesir di bawah Presiden Abdul Fattah al-Sisi telah berusaha untuk menutup terowongan-terowongan yang menghubungkan Gaza dengan Provinsi Sinai di Mesir. Kebijakannya ini, sesuai dengan harapan Israel, sekutu utama Mesir, tapi musuh bagi rakyat Palestina.
Beberapa jam setelah lima tentara Mesir terbunuh oleh sebuah alat peledak dekat kota Sinai Utara Sheikh Zuweid pada 3 Februari, tentara Mesir mengumumkan mereka menemukan sebuah terowongan sepanjang tiga kilometer antara sisi Palestina dan Mesir dari Rafah. Kota ini terpecah menjadi dua setelah penarikan Israel dari Semenanjung Sinai pada tahun 1982.
Sejak saat itu presiden Mohamed Morsi digulingkan dalam kudeta militer pada Juli 2013, pihak berwenang Mesir telah meningkatkan operasi keamanan dan militer mereka di Sinai, terutama menindak pengguna terowongan ke Gaza. Bagi warga Gaza, terowongan adalah ‘urat nadi’. Warga yang diblokade zionis sejak 2007, hanya mengandalkan terowongan menunggu masuknya bahan pokok sehari-hari. Selain itu juga sebagai transportasi dan untuk keluar-masuk warga sakit yang akan berobat.
Namun Mesir (atas dukungan Israel) telah menghancurkan ratusan terowongan yang telah digali warga Palestina. Selain menghancurkan terowongan atau membanjiri mereka dengan air limbah, Mesir telah membentuk zona penyangga sepanjang 1,5 kilometer di sepanjang perbatasan.
Hubungan Hamas dengan Mesir, yang kuat di bawah pemerintahan pemimpin Ikhwanul Muslimin, Mohamad Morsi, mulai runtuh setelah panglima militer Al-Sisi yang didukung Israel naik ke tampuk kekuasaan.
Namun gerakan Palestina sejak itu telah mampu memperbaiki hubungannya dengan Kairo dengan mengambil serangkaian langkah-langkah. Termasuk membangun zona penyangga 100 meter di sepanjang perbatasan dan menekan terowongan – dalam ganti untuk melonggarkan penutupan yang lebih sedikit pada penyeberangan perbatasan dengan Mesir.*