Hidayatullah.com–Menteri Luar Negeri RI, Hassan Wirajudha mengatakan, pemerintah RI berencana membangun pusat antiteror bersama Australia yang berkedudukan di Indonesia. Pernyataan Menlu ini disampaikan ditengah-tengah pembukaan pertemuan para menteri Asia-Pasifik tentang pemberantasan terorisme di Nusa Dua Bali, Rabu, (4/2) kemarin. Menurut Menlu, pembangunan pusat antiteror yang berkedudukan di Indonesia itu disebut sebagai pusat kerjasama penegakan hukum. “Pusat kerjasama ini akan dilengkapi dengan laporan laboratorium forensik yang lengkap dan punya kapabilitas melatih unit-unit kontra anti teror untuk negara kawasan,” katanya. Dia juga menyebutkan bahwa Indonesia dan Australia menginginkan pusat antiteror itu digunakan oleh negara-negara berkembang lainnya. Pada acara yang dihadiri Menlu Australia Alexander Downer itu, Presiden Megawati mengemukakan, sepahit apapun akibat kegiatan terorisme Indonesia tidak akan pernah menyurutkan tekad dan langkahnya untuk menghadapi ancaman tersebut. Kepada peserta konferensi dari 23 negara itu, Kepala Negara menyebutkan keberhasilan Indonesia memberantas terorisme yang tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan negara-negara sahabat, seperti AS, Australia, Jepang, dan Jerman. “Kita memerlukan mekanisme koordinasi yang lebih baik agar operasi antiteror di kawasan ini dapat dirancang dan dilaksanakan lebih efektif lagi,” kata Megawati. Pada acara yang dihadiri Jaksa Agung AS John Ashcroft itu, Presiden Megawati juga menyebutkan bahwa hanya dengan koordinasi yang lebih baik semua negara dapat menembus jaringan dan sel-sel kegiatan teror yang terbangun rapi, rapat, dan tertutup. “Saya percaya kita dapat mewujudkan mekanisme kerjasama dan prosedur yang jelas bagi aksi bersama yang lebih efektif dalam melawan terorisme ini,” kata Megawati. Konferensi dua hari itu dihadiri 23 negara yang terdiri atas 10 negara ASEAN, serta mitranya seperti Timtim, Jerman, Jepang, Fiji, Selandia Baru, AS, Australia, serta Uni Eropa. Konferensi ini dihadiri 250 orang dari 26 negara Asia-Pasifik, dan 20 peserta merupakan pejabat setingkat menteri, serta 9 lainnya setingkat wakil menteri. Penyadapan Selain itu, setelah pertemuan, Menlu juga menyampaikan Departemen Luar Negeri (Deplu) sampai saat ini belum memiliki bukti-bukti mengenai dugaan bahwa kedutaan besar republik Indonesia (KBRI) di Camberra disadap intelijen Australia. Ihwal dugaan penyadapan KBRI oleh intelijen Australia terungkap dalam rapat kerja Komisi I DPR dengan lembaga Sandi Negara pada Selasa (3/1). Bukan hanya itu, satelit Palapa milik Indonesia juga sudah diinteli Australia. Dalam rapat tertutup itu disebutkan bahwa intelijen Australia secara sengaja menyusupkan piranti penyadapan ke dalam sistem alarm KBRI. Sebelumnya, pada bulan September 2003, pemerintah melalui, Kepala BIN, Hendropriono membangun sekolah intelijen internasional (International School of Intelligen) yang berpusat di Batam. Pembangunan sekolah ini setidaknya banyak memunculkan pertanyaan masyarakat. Mengapa sebuah sekolah intelijen di dirikan di sebuah penduduk muslim terbesar di dunia dan bersebelahan dengan Singapura yang dikenal dengan basis operasi intelijen Zionis-Israel di kawasan asia tenggara. (ant/cha)
RI-Australia Akan Bangun Pusat Antiteror di Indonesia
Ikuti Kami
Terpopuler
Terbaru
- Banyak Hindu Menjadi Mualaf karena Dakwahnya, Ulama India Ini Dipenjara Seumur Hidup
- Turki Tangkap Tersangka Perencana Serangan Gereja Katolik Italia di Istanbul
- Assad Perintahkan Bekas Menteri Jalali Bentuk Pemerintahan Suriah
- Salah Kibarkan Bendera, Empat Warga Tunisia Ditangkap
- Sejarah Awal Industri Kertas di Peradaban Islam dan Pengaruhnya
- Gereja Prancis Buka Lebih Awal Arsip Kejahatan Seksual Pendeta Ternama Abbé Pierre
- Protes Genosida Palestina, Aktivis Anti-Perang AS Bakar Diri di Depan Konsulat ‘Israel’
- Dua Tahun Kematian Mahsa Amini Marak Wanita Iran Bepergian Tanpa Hijab
- Paus Fransiskus Kritik Kedua Capres Amerika Serikat
- Den Haag Kota Pertama yang Melarang Iklan Bahan Bakar Fosil