Hidayatullah.com–Dalam wawancaranya dengan stasiun Metro TV Jum?at (30/4) siang ini, pimpinan Ponpes Al-Islam, Solo, KH. Mudzakkir mengaku malu memiliki aparat kepolisian Indonesia. ?Kami malu punya polisi?, ujar sahabat dekat Ustadz Abu ini. Pernyataan Mudzakkir ini disampaikan berkaitan dengan pertanyaan wartawan Metro TV tentang terjadinya bentrokan yang banyak melukai para pendukung dan simpatisan ustadz Abubakar Ba?asyir atau kerap dipanggil ustadz Abu. Menurut Koordinator Umat Islam Surakarta ini , dirinya dan beberapa simpatisan ustadz Abu sebenarnya sejak awal ingin menyerahkan pada proses hukum yang baik. Tapi kali ini, cara polisi yang tidak simpatik dan kasar itu membuat dia dan para simpatisan ustadz Abu menjadi kecewa. Mudazkkir merasa kecewa memiliki aparat kepolisian yang hanya bisa tunduk di bawah kekuatan Amerika dibanding menjaga warganya sendiri. ?Sebenarnya kami ingin punya polisi yang kuat, ? ujarnya lanjut. Sebagaimana diketahui, sehabis Subuh, pagi tadi, terjadi bentrokan antara pihak pendukung ustadz Abu dengan pihak polisi. Aparat yang ingin memaksa membawa ustadz Abu dihadang para simpatisannya yang sejak beberapa hari lalu telah menginap di depan Rutan Salemba. Maklum, Jum’at ini, ustadz Abu, resmi bebas. Menurut Mudzakkir bentrokan terjadi setelah polisi menembakkan water canon serta menabrakkan mobilnya ke arah massa pendukung ustadz Abu. Akibat peristiwa itu, tidak kurang 50 pendukung ustadz Abu kini mengalami luka. ?Satu orang mengalami luka parah, ?ujar Mudzakkir. Selain melukai banyak pendukung ustadz Abu, polisi juga menangkap 40 pendukung Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI). Dalam wawancara live dengan Metro TV, pengacara Ba’asyir Ja’far Assegaf menyesalkan bentrokan. Assegaf juga menyesal terhadap tindakan polisi yang amat sangat berlebihan dengan membawa Ustadz Abubakar Ba?asyir dengan mobil lapis baja ke Mabes Polri. “Kita menganggap tindakan polisi, berlebih dan dan mubazir. Sebab, 1000 polisi dikerahkan hanya untuk menangkap ustadz yang sudah tua,” kata Assegaf. Sebelumnya, bulan Oktober 2002 lalu, ustadz Abu juga telah diambil paksa oleh Polisi meski dirinya masih dalam keadaan sakit dan dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Solo. Kepada Hidayatullah.com beberapa hari lalu sebelum dibawa polisi, ustadz Abu bahkan mengaku saat di ambil paksa aparat ketika itu, dirinya bahkan tak diberi kesempatan untuk kencing. Aparat hanya memberinya botol minuman sebagai tempat. (ant/metrotv/pam/cha)