Hidayatullah.com–Pemerintah Indonesia akhirnya menunjukkan sikapnya terhadap balada kekejian pasukan AS terhadap tawanan Iraq di penjara Abu Gharib. Dalam pernyataan sikapnya, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda menyatakan, menyesal sikap keji pasukan AS tersebut. “Kami sangat menyesalkan praktik seperti itu,” kata Menlu Hassan Wirajuda, di Istana Negara Jakarta, Senin, pada pers. Hassan juga berharap, pemerintah AS mengambil tindakan sesuai dengan apa yang mereka janjikan, untuk meniadakan kekebalan hukum kepada pelaku-pelaku tindakan keji itu. “Penyiksaan itu bertentangan dengan Konvensi Jenewa,” katanya. Ditanya apakah sikap Indonesia itu disampaikan melalui surat, Hassan mengatakan, tidak. Ia menyebutkan, rasa penyesalan pemerintah Indonesia telah disampaikan melalui publikas-publikasi Departemen Luar Negeri. Tindakan pelanggaran HAM itu dapat dikategorikan sebagai penyiksaan. Definisi penyiksaan itu, katanya, tidak hanya fisik tetapi juga mental dan perilaku pelecehan yang tidak manusiawi. Sementara itu, pihak militer AS mengatakan, Senin, sebanyak tujuh serdadu AS yang terlibat dalam kasus penyiksaan terhadap tawanan Iraq di penjara Abu Ghraib akan mulai disidangkan kasusnya di pengadilan militer akhir Mei. Sedangkan Jepang hari Kamis (6/5) juga memperlihatkan penyesalan berkenaan dengan pelecehan seksual dan penganiayaan terhadap tawanan Irak oleh tentara AS di sebuah penjara dekat Baghdad, dan menyuarakan harapan agar pemerintah AS dapat menangani kasus itu secara tepat. Kebijakan Resmi AS? Balada kekejian di penjara Abu Gharib mencuat setelah beberapa media massa internasional memuat foto-foto kebengisan dan kebiadaban para prajurit AS terhadap tahanan Iraq. Dari gambar-gambar yang dipublikasikan, para tawanan tidak hanya dianiaya. Mereka, ditelanjangi, disiksa, kepala mereka ditutup dengan kain, mereka juga dikencingi sambil berdiri. Seorang tawanan mengaku, mereka disodomi dan seret dengan menggunakan tali. Seperti dikutip The Washington Post, ada juga foto-foto yang menunjukkan tiga sampai empat tahanan telanjang diikat menjadi satu di lantai di luar sel mereka sambil ditonton serdadu-serdadu AS. Salah seorang anggota pasukan AS, Sabrina Harman (26) mengaku, dia bersama anggotanya dari Kompi Polisi Militer ke-372 mendapatkan pengarahan dan perintah itu dari petugas militer intelijen AD, agen pelaksana CIA, dan kontraktor sipil yang menjalankan interogasi di Iraq. Boleh jadi, sikap keji para pasukan AS di Iraq itu memang perintah resmi militer AS. (ant/nyk/hida/cha)