Hidayatullah.com–Laporan Lembaga Palangmerah Internasional (ICRC) menunjukkan, kasus penyiksaan dan pelecehan seksual para pasukan militer AS terhadap tahanan Iraq tidak hany terjadi di penjara Abu Gharib. Tapi di semua penjara Iraq. Yang menarik, hampir 90 persen tahanan itu justru dikabarkan tidak bersalah, alias korban salah tangkap.
Laporan ICRC terbaru yang diterbitkan Wall Street Journal menegaskan kembali kekejian para pasukan AS di Iraq. Menurut ICRC, tindakan keji dan pelecehan terjadi dalam skala luas serta bukan tindakan individu-individu.
Laporan ini setidaknya menunjukkan, penyiksaan dan pelecehan yang terjadi tidak hanya di Abu Gharib, tapi juga di penjara-penjara lain di Iraq. Yang tidak kalah penting, tindakan mereka itu bukan semata keisengan pribadi. Tetapi merupakan kebijakan yang sudah sistematis. Statemen ICRC ini jelas bertentangan dengan statemen Presiden AS George W Bush beberapa hari lalu yang mengatakan bila tindakan keliru itu merupakan kesalahan gelintir serdadu AS.
“Delegasi ICRC telah menyaksikan langsung dan mencatat berbagai metode yang digunakan untuk mendapatkan kerja sama dari orang-orang yang dirampas kebebasannya itu oleh para penyidiknya,” kutipan laporan ICRC kemarin.
Delegasi ICRC, pada Oktober lalu, menyaksikan keadaan tahanan di Abu Gharib yang ditelanjangi bulat-bulat dan disekap dalam sel gelap gulita. ICRC juga menemukan bukti-bukti yang menyokong tuduhan para tahanan bahwa mereka telah jadi korban kekejaman pada saat penangkapan, hari-hari awal penahanan, serta saat diinterogasi.
Di antara bukti-bukti itu adalah luka bakar, memar, serta cedera lain yang sesuai dengan dampak kekejaman terhadap tahanan. ICRC membenarkan laporan Wall Street Journal itu diambil dari dokumen mereka yang setebal 24 halaman tentang penyiksaan terhadap para tahanan Iraq. Umumnya kekejian itu terjadi selama interogasi oleh intelijen militer. Lantas, bagaimanakah dokumen itu bisa jatuh ke tangan pers dan dipublikasikan?
Pierre Kraehenbuehl, direktur operasional ICRC, Jumat, menyatakan, sebenarnya laporan itu telah diberikan kepada para pejabat AS pada Februari lalu. Saat itu yang dikirimkan adalah detail kejadian di penjara-penjara Iraq, antara Maret hingga November 2003. ICRC hanya melaporkan, tapi tidak pernah bertemu langsung atau intervensi tertulis.
Kraehenbuehl membenarkan bahwa kekejian itu terjadi tak hanya di Abu Gharib. “Yang kami hadapi dalam hal ini adalah pola berskala luas, bukan tindakan individu. Ada pola dan sistemnya,” terangnya tanpa mau merinci.
Selain foto-foto penyiksaan maupun pelecehan yang telah muncul di media, dan diyakini bakal banyak lagi menyusul, nukilan laporan ICRC di Wall Street Journal kemarin juga memaparkan adanya pelecehan baru. Yakni, mengarak para tahanan pria yang berpakaian wanita.
Menurut ICRC aksi kekejian dan pelecehan tersebut tak semata tindakan individu, melainkan perilaku terpola dan tersistem, tampak mulai mendapatkan pembenaran. Giorgio Ra’shadd, pengacara Prajurit Pertama Lynndie England, serdadu wanita AS yang resmi didakwa, menegaskan, foto-foto menyangkut kliennya memang benar terjadi.
Namun, tegas Ra’shadd, England mejeng di foto-foto itu -di antaranya memegang tali rantai penjerat leher tahanan pria telanjang di Abu Gharib dan menunjuk (maaf) penis para tahanan yang berdiri telanjang berderet-merupakan photo staging. Yakni, memenuhi perintah atasan untuk mau difoto agar tahanan lain miris dan mau bekerja sama ketika diinterogasi.
“Beberapa dari foto yang kalian lihat melibatkan klien kami itu benar-benar ditata,” terang Ra’shadd di CNN. “Semua itu foto operasi psikologis. Mereka yang diperintahkan, serta yang tidak diperintah khusus, semuanya ditentukan oleh personel intelijen sipil yang mengontrol.”
Rose Marie Zapor, pengacara lain England, membenarkan bahwa foto-foto penyiksaan dan pelecehan itu memang telah ditata dan di-setting sebelumnya. (ap/cnn/rtr/jp/cha)