Hidayatullah.com–Kepanikan nampaknya tengah melanda negeri Paman Sam. Akibat ulah pasukannya yang melakukan serangkaian kekejaman terhadap tahanan Iraq, kini, selain menuai kecaman dari segala penjuru dunia, juga ribut bertengkar di dalam negeri.
Salah satu orang yang cukup tidak tahan atas berbagai kecaman itu adalah Presiden AS, George W Bush. Alih-alih menyelamatkan muka AS, George W Bush menyatakan, pelecehan dan penyiksaan tawanan perang di Iraq hanya merupakan tindakan dari segelintir tentara dan tak mencerminkan karakter segenap pasukan AS yang bertugas di sana, yang berjumlah lebih dari 200.000 orang.
Meski Bush mengakui adanya skandal itu dan menyampaikan permintaan maaf, namun kubu Partai Demokrat tetap beranggapan hal itu belum cukup untuk dapat mengakhiri badai kecaman berkaitan dengan skandal yang terjadi di balik tembok Penjara Abu Ghraib.
“Dalam beberapa hari terakhir ini Amerika dan dunia mendengar perilaku mengejutkan yang dilakukan oleh segelintir prajurit laki-laki maupun perempuan AS di penjara di Iraq,” kata Bush dalam pidato radio mingguannya, yang disiarkan hari Sabtu (8/5).
“Orang-orang ini diberi tanggung jawab menjaga orang- orang Iraq yang berada dalam tahanan AS. Penjagaan seharusnya dilakukan dengan cara yang pantas dan berperikemanusiaan, sesuai dengan hukum AS dan Konvensi Geneva,” lanjutnya. “Tapi apa yang kita lihat adalah gambar-gambar yang sangat memalukan dari para tawanan yang menjadi korban pelecehan dan penghinaan.”
Menurut Bush, tindakan yang salah itu dilakukan hanya oleh segelintir tentara dan tidak mencerminkan karakter keseluruhan pasukan AS di Iraq, yang berjumlah lebih dari 200.000 orang.
“Praktik-praktik itu juga tak mencerminkan nilai-nilai Amerika dan merupakan noda pada reputasi dan negara kita,” lanjut Bush.
Selain berusaha mati-matian memperbarui citra pasukannya yang keji itu, pemerintahan Bush sendiri terus dilanda konflik sengit. Setelah Bush mengisyaratkan akan tetap mempertahankan Menteri Pertahanan Donald Rusfled, yang menuai kecaman dari berbagai pihak dan dituntut mengundurkan diri menyusul terungkapnya skandal di penjara Abu Ghraib, Wakil Presiden AS Dick Cheney menyerukan agar rakyat AS mengakhiri perdebatan soal kasus ini. Ia juga minta rakyat AS memberi kesempatan kepada Rumsfeld melanjutkan tugasnya.
“Don (Donald) Rumsfeld merupakan menteri pertahanan terbaik yang pernah dimiliki AS,” kata Cheney dalam pernyataan yang dilansir kantornya, Sabtu malam. Pernyataan ini tampaknya dimakudkan untuk memperkuat sinyal dari Gedung Putih agar kaum Republiken merapatkan barisan di belakang Rumsfeld.
“Seharusnya rakyat meninggalkan kasus ini dan membiarkan ia (Rumsfeld) melakukan tugasnya, kata Cheney yang tokoh Partai Republik.
Dalam acara dengar pendapat di Kongres (parlemen), Jumat, Rumsfeld menyatakan, ia bertanggung jawab atas tindakan salah para prajurit AS di Iraq dan menyampaikan permohonan maaf terhadap para korban. Namun, ia tak akan mengundurkan diri untuk memuaskan lawan-lawan politiknya di dalam negeri. Katanya, ia baru akan mundur hanya jika ia tak lagi dapat melaksanakan tugas secara efektif. Sejumlah legislator Partai Republik sempat ikut mempertanyakan kinerja Rumsfeld, tapi mereka tak lagi menuntutnya mundur.
Perintah Intelijen
Meski para pejabat AS berusaha keras menghapus citra buruk para pasukannya yang dilapangan, toh, bukti-bukti baru terus mulai terkuak. Salah satu bukti mencengangkan adalah pengakuan salah seorang serdadu AS, Spesialis Sabrina Harman, dia dan anggota lain Kompi Polisi Militer ke-372 dapat pengarahan dari petugas militer intelijen AD, agen pelaksana CIA, dan kontraktor sipil yang menjalankan interogasi.
Dalam wawancara via e-mail dengan The Washington Post, Harman juga mengungkapkan bahwa mereka tidak pernah diberitahui soal Konvensi Jenewa dalam memperlakukan tahanan. Misinya hanya mengalahkan tahanan, sehingga mau mengungkapkan apa yang mereka tahu dalam interogasi.
“Mereka akan membawa salah satu tahanan ke beberapa tahanan sekaligus yang ditutup kepalanya dan diborgol,” terang Harman, 26, polisi militer dari Alexandria, Virginia, itu seperti dilansir The Washington Post kemarin. Menurutnya, tugas polisi militer adalah membuat tahanan tetap terjaga dan merasa seperti berada di neraka agar mau berbicara.
Harman merupakan anggota pasukan dari dua tentara yang terlihat ikut bergambar dengan wajah tersenyum dalam foto tahanan Iraq yang sengaja ditumpuk telanjang seperti piramid di penjara Abu Gharib. Saat itu, dia berdiri di belakang tahanan Iraq yang ditelanjangi dan ditutup kepalanya. .
Dalam pembeberannya via e-mail itu, tentara cadangan AD AS itu mengaku bahwa unitnya mendapat perintah langsung dari intelijen militer yang bertanggung jawab di penjara Abu Gharib dan dari kontraktor sipil di sana yang melakukan interogasi. Mereka, lanjut dia, tidak menyampaikan peraturan apapun dan hanya memberikan sedikit pelatihan. (afp/rtr/twp/cha)