Hidayatullah.com–Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Ryamizard Ryacudu, mengatakan, aktivitas intelijen asing di Indonesia sekarang ini sudah memasuki tahap yang kian mengkhawatirkan terutama dampaknya bagi keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. “Sudah terlalu banyak intelijen asing disini (Indonesia). Dengan alasan yang bermacam-macam, intelijen asing itu telah menciptakan kondisi yang tidak benar,” katanya, di Medan, Jumat. Ryacudu menyatakan hal itu di hadapan ratusan peserta Silaturrahmi Kerja Nasional (Silaknas) dan Pelatihan Bela Negara Komando Brigade Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPMRI) yang digelar di Medan, 3-5 September 2004. Ryacudu juga mengatakan, para agen intel luar negeri itu telah menciptakan suatu keadaan yang tidak stabil dengan berbagai macam dalih. Menurut KSAD, para operatif intel asing telah menyumbangkan dana dalam jumlah besar kepada gerakan-gerakan pemberontak di berbagai bagian Nusantara untuk menciptakan konflik internal. Ryacudu menyatakan bahwa pemberontakan di Aceh dan Papua juga menunjukkan tanda-tanda campur tangan luar, seperti halnya juga dengan konflik antar golongan masyarakat di kabupaten Poso dan kepulauan Maluku. Sebelumnya, Mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin), AC Manulang mengutip Kepala Staf TNI AD, Jenderal Ryamizard Ryacudu, mengatakan, CIA telah menyusupkan 60 ribu intelijennya di Indonesia sejak sebelum pemilu legislatif lalu. Mereka adalah warga Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan intelijen di luar negeri. Karena itu, keberadaannya sulit dikenali. “Soal ini kan pernah diakui oleh KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu, bahwa ada sekitar 60 ribu intelijen asing di Indonesia,” ujarnya ketika itu. Antek-antek asing tersebut dikabarkan bekerja untuk mendukung salah satu calon presiden biar agar mudah dikendalikan untuk kepentingan asing. (abcn/ant/cha)