Hidayatullah.com–Kecederungan tetap berpihak Amerika Serikat itu, menurut Amien, dikarenakan begitu besarnya ketergantungan bangsa ini terhadap AS. “Karena ketergantungan ekonomi dan perdagangan serta militer kita dipengaruhi oleh Washington,” kata Ketua MPR Amien Rais usai tampil sebagai pembicara kunci dalam seminar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Senin kemarin. Menurut Amien, kalau Indonesia mau mandiri, ekonomi nasional, militer, keuangan, juga diplomasi politik harus kuat. “Tetapi secara realistis, sekarang ini Indonesia memang masih perlu AS. Cuma siapa besok yang terpilih, Megawati atau SBY, jangan sampai menjadi agen atau kepanjangan tangan AS,” katanya. Amien menunjuk contoh mantan PM Malaysia Mahathir Muhammad yang mampu menempatkan Malaysia – notabene lebih kecil dibanding Indonesia – lebih mandiri. “Kenapa Malaysia mandiri, karena utangnya tidak sebanyak Indonesia,” ujar Amien. Amien mengakui, Indonesia memang butuh AS. “Kita perlu luar negeri. Cuma jangan sampai menjadi kepanjangan tangan kalau tidak terpaksa. Kalau tidak terpaksa sekali, kita ndak usah membongkok-bongkok di depan Amerika,” katanya. Ketika menjadi pembicara dalam seminar itu sendiri, Amien mengemukakan, dalam lima tahun terakhir Indonesia mengalami kemerosotan intelektual karena terlalu banyak mengurusi politik praktis. Dia menyebut bahwa politik internasional kontemporer masih seperti itu-itu saja, dan AS semakin “menjajah” dunia. Menurut Amien, negara-negara lain dipaksa AS menjadi elemen dalam penyusunan tata dunia baru, sementara kesinambungan liberalisme dan kapitalisme masih dilakukan AS secara brutal, seperti yang meeka lakukan di Iraq. “AS dengan kekuatannya yang liberalis, ternyata tidak balance. Hakekat hubungan internasional secara kontemporer masih sama: negara-negara dunia ketiga tidak boleh eksis, dan harus bergabung dengan AS,” ujarnya. Amien menekankan, masalah diplomasi hanya teori, yakni tipuan yang ditopengi dengan wajah lebih anggun. “Jadi, tak pernah ada dubes bilang tidak mungkin. Justru yang tak mungkin itu bisa saja mungkin,” katanya. (Ant)