Hidayatullah.com– Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Ustad Abubakar Baasyir mengutuk tindakan pengeboman di depan kantor Kedutaan Besar Australia di Jalan di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan yang hingga kini menelan banyak korban. Baasyir juga meminta pemerintah segera mengusut aktor intelektual dibalik serangan bom tersebut. Kami menuntut pemerintah segera mengusut secara tuntas aktor intelektual dibalik peristiwa pengeboman itu, ujar Baasyir seperti dikutip Ketua Departemen Data dan Informasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Fauzan Al Anshori kepada Hidayatullah.com saat dihubungi melalui salurah telepon, Jumat, (10/9) pagi tadi. Kepada Hidayatullah.com, Fauzan mengatakan, siang saat kejadian itu, dirinya tengah berkunjung ke penjara Cipinang untuk menjenguk pria yang sering dipanggil Ustad Abu itu. Atas kejadian, itu, Baasyir kemudian mengeluarkan lima seruan. Diataranya, Pertama, menyatakan turut berduka dan bordoa kepada Allah SWT, agar amal ibadahnya diterima disisiNya. Kedua, Mengecam pelaku peledakan bom, Ketiga, mendesak pemerintah segera mengusut aktor intelektual dibalik serangan bom itu. Yang terakhir, Baasyir juga menghawatirkan jika kasus ini akan kembali dikait-kaitkan sebagaimana kasus bom Bali dan bom JW Marriot. Saya sangat kecewa. Saya menentang semua bom seperti ini,” ujar Baasyir kepada pengacaranya Mahendratta, yang mengunjungi ulama sepuh itu di penjara tak lama setelah ledakan tersebut. “Tetapi (pemerintah) masih akan menggunakan ini untuk menyerang saya,” ujarnya. “Dalam keadaan putus asa, mereka akan menuduh saya atas serangan ini sama seperti yang mereka lakukan terhadap yang lain,” ujarnya dikutip Media Indonesia, Jumat, (10/9). Kepada Hidayatullah.con Fauzan mengaku, meski ditahan di balik jeruji, Baasyir terus mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi di tanah air. Sebagaimana diketahui, Ustad Abubakar Baasyir dipenjara 18 bulan karena dianggap melakukan pelanggaran imigrasi. Sayang, selama perjalanan selanjutnya, pemimpin MMI itu kembali dikait-kaitkan dengan terorisme dalam kasus bom Bali dan JW Marriot. Kepada banyak media, Baasyir menuduh pemerintah hanya tunduk pada tekanan Washington untuk menangkapnya sebagai bagian dari penumpas aktivis-aktivis Islam di Indonesia. (mi/mtr/cha)