Hidayatullah.com– Warga masyarakat di Papua diminta waspada menyusul berbagai kerusuhan, tindak kekerasan, aksi kriminal, dan pembunuhan di kawasan timur Indonesia tersebut. Hingga Sabtu (28/09/2019), suasana di Papua khususnya masih mencekam pada titik tertentu.
Di Kota Jayapura, Provinsi Papua, aparat keamanan terus melakukan penjagaan. Begitu pula masyarakat meningkatkan kewaspadaannya dengan turut menjaga wilayah masing-masing.
“Brimob masih berjaga-jaga, (warga) masih saling jaga daerah masing-masing. Kemarin lusa sempat panas lagi. 1 TNI mati dan 2 brimob cedera, dibacok semua,” ujar salah seorang warga di Jayapura, sebut saja Budi, kepada hidayatullah.com, Sabtu (28/09/2019).
“Ya parah itu (di) Wamena, orang dibakar hidup-hidup,” tambahnya.
Sedikitnya sebanyak 32 korban tewas akibat kerusuhan yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, data hingga Rabu (25/09/2019), dimana pada hari itu aparat TNI-Polri kembali menemukan 4 jenazah yang terbakar saat terjadi amukan massa.
Menurut Budi, warga di Jayapura yang identitasnya dirahasiakan itu, jumlah korban tewas saat kerusuhan di Wamena baru-baru ini ada kemungkinan bertambah. “Meningkat 50 (jiwa) sampai hari ini,” sebutnya memperkirakan.
Namun hingga berita ini dimuat, Sabtu siang, belum diperoleh keterangan resmi pihak berwenang terkait perkiraan meningkatnya jumlah korban jiwa dimaksud.
2 Tukang Ojek Mati Ditembak
Sementara itu, Bupati Kabupaten Puncak Papua Willem Wandik meminta masyarakat waspada pasca ditembaknya dua tukang ojek oleh kelompok teroris yang dikenal dengan sebutan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Penembakan terjadi di Kampung Amunggi, Distrik Ilaga Utara, Kabupaten Puncak.
“Saya minta masyarakat waspada, baik tukang ojek, pemilik kios, pengusaha kontraktror, dan lainnya, waspada,” imbau Willem.
Kedua tukang ojek yang meregang nyawa setelah ditembak itu adalah Ode Alwi (34) dan Sattiar B alias Midun (25).
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal, mengatakan, kedua tukang ojek itu ditembak pada Kamis (26/09/2019) pukul 12.53 WIT. Kedua korban ketika itu sedang melintas di jembatan gantung Kampung Amungi.
Kedua jenazah telah dibawa ke Bandara Baru Mozes Kilangin Mimika, kemudian dishalatkan di Masjid Al-Muhajirin, Timika, lalu diterbangkan ke kampung halamannya masing-masing.
Bupati Wandik juga mengingatkan kelompok peneror itu agar menyetop aksi kekerasan dan penembakan terhadap warga sipil. Ia menegaskan bahwa nyawa manusia berharga daripada apapun.
“Maka hentikan aksi penembakan,” ungkapnya tegas kutip INI-Net, Jumat (27/09/2019).
Bupati turut menyampaikan duka cita kepada keluarga korban dan meminta agar TNI/Polri melakukan pengejaran kepada kelompok peneror itu. “Saya sekaligus sedih karena warga sipil selalu menjadi korban,” ungkapnya.
Baca: Kerusuhan Papua Telan Korban TNI, Penerbangan ke Wamena Ditunda Sementara
Dokter Meninggal Diamuk Massa
Sementara itu, salah seorang dokter di Wamena, Papua, meninggal dunia setelah diamuk massa dalam kerusuhan di Wamena baru-baru ini. Pria ramah yang bersahaja ini pun mengakhiri pengabdiannya di pedalaman Papua.
Diketahui, dr Soeko Marsetiyo meninggal setelah ditemukan dalam keadaan terluka saat demonstrasi berujung anarkis di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Senin (23/09/2019).
Kepala Dinas Kesehatan Papua yang juga warga asli Papua, Aloysius di Jayapura, Kamis (26/09/2019) malam menyatakan sangat menyesalkan terjadinya kasus kekerasan berujung kematian itu.
“Saya sebagai seorang dokter orang asli Papua, sangat saya sesalkan dan saya sedih, kenapa seorang pelayan, dokter yang hatinya mulia mau mengabdikan diri di daerah-daerah yang cukup terpencil dalam waktu cukup lama dan usianya juga sudah 53 tahun, kenapa harus pergi dengan cara-cara seperti begini,” ungkapnya.
Mantan Direktur RSUD Abepura ini berharap agar jangan sampai ada lagi aksi unjuk rasa yang berujung kematian, apalagi seorang dokter yang melayani kesehatan masyarakat di wilayah pedalaman Papua.
“Sekali lagi saya sesalkan. Oleh karena itu saya minta ada jaminan dan perlindungan kepada seluruh tenaga kesehatan baik tenaga dokter, tenaga bidan, perawat, dan tenaga penunjang lainnya, ke depan saya tidak mau lagi dengar model seperti begini,” ungkapnya.
Warga Ketakutan, Tinggalkan Wamena
Pasca situasi yang terus memburuk di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, trauma dan ketakutan menghantui warga setempat. Ribuan warga mengungsi dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya, ke Sentani, Kabupaten Jayapura.
Hingga Jumat (27/09/2019), terdapat sebanyak 1.096 orang lebih pengungsi. Mereka diangkut secara bergiliran dengan armada yang masih terbatas, menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU dari Bandara Udara Wamena ke Base Ops Lanud Silas Papare, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat (27/09/2019).
Salah seorang warga yang menjadi korban di Wamena, Yudi, mengungkapkan bahwa dirinya cukup trauma atas kondisi mencekam beberapa hari lalu.
“Pada umumnya warga ingin memilih kembali pulang ke kampung halaman karena situasi di Wamena tidak kondusif,” ungkapnya, Jumat kemarin.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) Prof M Din Syamsuddin memesankan kepada semua pihak, khususnya pemangku amanat baik pemerintah maupun wakil rakyat, agar segera menanggulangi keadaan dengan penuh kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawab.
“Hindari perasaan benar sendiri bahwa negara boleh dan bisa berbuat apa saja, baik “membunuh rakyatnya” atau “membiarkan rakyatnya dibunuh oleh sesama dan negara tidak bisa berbuat apa-apa”,” pesannya dalam keterangannya diterima hidayatullah.com, Sabtu (28/09/2019) siang.*