Hidayatullah.com–Jumlah mahasiswa Indonesia yang studi ke Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir ini terus menurun. Data dari sejumlah universitas di AS, diperkirakan saat ini hanya sekitar 7 ribu orang.
“Padahal pernah dalam sekali waktu jumlah mahasiswa Indonesia di AS mencapai 13 ribu orang,” ujar President of Usindo (US-Indonesia) David Merrill, pada pertemuan dua delegasi pendidikan AS dan Indonesia, Selasa (28/7) kemarin.
Sebaliknya, jumlah mahasiswa asal AS yang berminat belajar ke Indonesia juga kurang menggembirakan. Data terakhir menyebutkan hanya 213 orang saja yang tersebar di beberapa perguruan tinggi di Indonesia.
Penyebabnya antara lain buruknya hubungan AS dengan negara-negara Islam dalam 10 tahun terakhir ini, serta sulitnya visa dan mahalnya biaya pendidikan di AS.
Untuk mendongkrak jumlah mahasiswa Indonesia yang mau belajar ke AS, pemerintah Indonesia dengan AS bersepakat menjalin kerjasama antarperguruan tinggi di kedua negara tersebut. Mahasiswa dari berbagai universitas di AS berkesempatan mengunjungi sejumlah perguruan tinggi di Indonesia dan menjalin kerjasama baik dalam bentuk double degree, sandwich program, dan sebagainya.
“Untuk tahap pertama ada 10 perguruan tinggi yang akan dikunjungi delegasi pendidikan AS, antara lain UIN Syarief Hidayatullah, Universitas Trisakti, Atmajaya, Pelita Harapan, UI, UGM, IPB, dan ITB,” kata Mendiknas Bambang Sudibyo.
Dirjen Pendidikan Tinggi Fasli Jalal berharap program kunjungan delegasi pendidikan AS akan menghasilkan banyaknya peluang bagi mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan studi ke universitas di AS. “Bisa saja dalam kunjungan tersebut universitas AS memberikan beasiswa atau setidaknya potongan biaya pendidikan kepada mahasiswa Indonesia,” kata Fasli.
Diakui Fasli, mahalnya biaya pendidikan di AS menjadi faktor utama menurunnya jumlah mahasiswa asal Indonesia di AS. Sebagai gambaran untuk belajar di AS per tahun membutuhkan biaya antara 20 ribu dollar hingga 63 dolar AS. Biaya tersebut belum termasuk untuk tinggal.
“Intinya dari pertemuan dua delegasi tersebut kita akan menyelesaikan berbagai kendala termasuk visa, kemampuan bahasa, dan tingginya biaya pendidikan di AS,” tandas Fasli. [pos/pel/hidayatullah.com]