Hidayatullah.com–“Gara-gara sang suami memiliki keyakinan aneh, seorang istri melaporkan suaminya ke polisi. Itulah yang terjadi di Bekasi.
Samiatun (38) melaporkan sang suami, Muhammad Solihin (41), setelah melihat perubahan yang terjadi pada sang suami.
Ia mengatakan, ia mulai mengalami perlakuan yang tidak baik sejak suaminya aktif di Partai Oposisi: Partai Pelopor Persatuan Kesatuan Bangsa Indonesia (P3KBI), dua tahun terakhir. Tiba-tiba sang suami memiliki padepokan khusus untuk pertemuan para anggota partai. Sejak itu, pasangan suami istri yang berdomisili di Jl. Jenderal Sudirman, Kayuringin, Bekasi Selatan, ini kerap beradu argumentasi.
Samiatun juga kaget, tiba-tiba Solihin ikut kegiatan seorang yang dipanggil Romo sejak tujuh bulan lalu. Awalnya memang, katanya, suaminya tampak sibuk ikut kampanye dan mengurus partai.
“Berangkat pagi pulang subuh. Ternyata, tahu-tahu dia ikut aliran Romo itu,” jelas Samiatun kepada hidayatullah.com.
Menurut laporan Samiatun, Romo inilah yang banyak memberikan doktrin ajaran kepada suaminya. Bahkan Samiatun beberapa kali mengikuti ajakan suaminya. Yang mengagetkan, para anggotanya tidak diwajibkan shalat fardhu dan puasa. Di samping itu para anggota juga memiliki kartu anggota untuk masuk surga.
“Mereka punya kartu anggota. Jika sudah punya kartu itu, maka di jamin masuk surga dan selamat dunia dan akhirat,” terang Samiatun ketika ditemui di Islamic Centre Bekasi, Senin.
Keanehan itulah yang menyebabkan Samiatun melaporkan ke polisi terkait penistaan agama.
Sebelumnya, hidayatullah.com juga telah melakukan penelusuran ke markas Romo. Menurut warga sekitar, tempat kegiatan bernama “Padepokan Merah Putih” itulah yang menjadi markas anggota kelompok ini.
Setelah menunggu cukup lama, wajah Romo pun menyembul dan menyambut dengan hangat.
Siapa Romo?
Oleh pengikutnya, ia digelari sebagai “Paduka Yang Mulia Romo Agung Kanjeng Gusti Pangeran HM. Syah Awalul Islam SS Malikul Koesno Raden Sosro Soekarno Alif Lam Mim (dalam tulisan Arab) Yang Maha Kuasa.” Meski gelarnya panjang, pengikutnya sering memanggil Romo.
“Dia itu mengaku wujud Allah,” kata Samiatun dengan memberikan bukti berkas-berkas aliran milik suaminya yang masih tersimpan.
Selain itu, menurut Samiatun, anggota kelompok ini diharuskan untuk melakukan sumpah darah. Yakni, sumpah kesetiaan kepada Sang Romo dengan cap tangan darah. Bagi yang melanggar ketentuan sumpah harus siap menerima hukuman.
Samiatun mengaku, Romo kerap menyampaikan kepada suaminya bahwa dia adalah wujud Tuhan Allah di bumi. Sedangkan suaminya sendiri adalah Rasul Utusan Allah.
“Itu pula yang disampaikan ke saya dan anak-anak,” jelas Atun.
Namun demikian, tampikan Romo yang mengaku tidak mengajarkan aliran sesat dibabat habis oleh Samiatun yang merasa dirugikan dengan tindakan Romo pada suaminya.
Sejak sering menerima wejangan dari Romo, Solihin, kata Samiatun, sering mengumpatnya dengan kata-kata kasar.
Mengaku Bukan Sesat
Pria yang dipanggil Romo menampik jika golongannya disebut sebagai aliran sesat. Dia juga menyangkal jika menyampaikan ajaran yang tidak sesuai tuntunan Islam. “Masa ngumpul-ngumpul “dzikir” dibilang sesat,” katanya, sembari tersenyum kecut dengan asap rokok yang terus menggumpal di atas kepalanya. “Kita bukan aliran. Kita partai,” tambahnya.
Yang unik, dia juga mengaku masih shalat. Tapi ketika ditanya shalat Jum’at di mana? Dia hanya menunjuk pada objek kosong.
Seorang warga yang dekat dengan lokasi Padepokan Merah Putih, Yitno, mengaku memang sering ada acara ramai-ramai di sana, tapi tidak tahu pasti kegiatan apa yang dilakukan. “Memang pada malam-malam tertentu di situ ramai. Banyak mobil dan kendaraan. Tapi saya nggak tahu ada apa di dalam,” ujar Yitno di bilangan Pondok Rajeg, Cipulir, Tangerang, daerah tempat kegiatan si Romo ini berlangsung.
Warga yang lain, Zainuddin, pun demikian. Menurutnya, memang warga setempat tidak terlalu memperhatikan kegiatan mereka. Selain karena kegiatannya yang terkesan tertutup, dia mengaku baru belakangan tahu jika di padepokan itu kerap melakukan kegiatan.
“Setahu saya, kegiatan ini memang agak tertutup. Ya, kalau bagus teruskan. Kalo nggak baik, kenapa diteruskan. Kalau bisa bubarkan,” kata ustadz muda ini.
Laporan Samiatun sudah diproses pihak Kapolres Bekasi. Meski demikian ia mengaku belum ada tindakan. “Kalau tahu begini, saya lapor ke FPI saja,” sesal Samiatun. [uin/hidayatullah.com]