Hidayatullah.com–Gubernur Bali Made Mangku Pastika melakukan kecaman atas beredarnya film dokumenter gigolo Kuta “Cowboys in Paradise”. Film itu dinilainya telah menodai citra Bali sebagai pulau spiritual.
Tak hanya mengecam, Mangku Pastika juga mengaku tengah menelusuri pembuat film dokumenter ini.
“Film ini jelas ilegal karena tidak mengantongi izin pembuatan film dari pihak berwenang,” ujarnya di Denpasar, Selasa (28/4).
Mangku Pastika juga mengaku prihatin karena film ini telah beredar luas di media internet.
“Ini bukan tentang filmnya, tapi substansinya. Jika benar, peredaran film dokumenter ini telah merusak citra Bali sebagai pulau spiritual,” tegasnya.
Terkait keberadaan gigolo di kawasan wisata Kuta, Pastika meminta agar ditertibkan supaya tidak merusak citra pariwisata Bali di mata internasional.
Lebih jauh, Ketua Tim Investigasi Bom Bali 2020 ini juga mengatakan, pembuatan film Cowboys in Paradise yang dilakukan oleh keturunan India tersebut ilegal karena tidak mengantongi izin resmi.
“Itu tidak ada izin, dan jelas sekali melanggar,” katanya.
Terilhami Gigolo Bali
Cowboys in Paradise adalah film dokumenter yang mengangkat kisah kehidupan gigolo di Bali. Beredarnya film yang dibuat oleh Amit Virmani ini ternyata banyak menuai pro dan kontra.
Amit Armini yang merupakan seorang warga Singapura keturunan India, membuat film bermula dari perbincangannya dengan seorang bocah laki-laki tentang kehidupan gigolo di Kuta Bali.
Armini mengaku sangat terilhami dari cerita seorang bocah yang sempat berbicara dengannya menggunakan bahasa Jepang. Sang bocah memang ngotot mempelajari bahasa Jepang. Armini pun bertanya, kenapa ngotot mempelajari Bahasa Jepang? Ternyata alasan si bocah mempelajari bahasa Jepang cukup mengejutkan.
Bocah itu mengatakan bahwa ia belajar berbahasa Jepang karena mempunyai cita-cita menjadi seorang Gigolo. “Bila saya besar nanti, saya ingin melayani seks bagi wanita-wanita Jepang,” ungkap si bocah.
Berawal dari pembicaraan tersebut asal mula film dokumenter Gigolo Bali, Cowboys in Paradise ini dibuat. Film ini membahas tentang kehidupan wisata seks di Bali, tepatnya di Kuta.
Melalui film ini Amit ingin menyampaikan pesan bahwa banyak turis asing, terutama wanita yang datang ke Bali, bukan semata-mata karena keindahan alam Bali. Namun, tujuan utamanya adalah menikmati wisata seks yang ditawarkan para pemuda cowboy (gigolo).
Sebagai daerah wisata yang banyak dikunjungi wisatawan asing, Bali memungkinkan menjadi surga seksual, termasuk kekerasan seksual pada anak oleh kaum paedofil.
Buktinya beberapa pelaku telah ditangkap di beberapa wilayah di Bali, di antaranya William Stuart Brown alias Tony, mantan diplomat Australia. [bp/mtr/cha/hidayatullah.com]