Hidayatullah.com— Pendidikan karakter bukan pendidikan yang berwujud dalam mata pelajaran. Demikian yang disampaikan Ketua Program Studi Pendidikan Islam Universitas Ibnu Khaldun Adian Husaini, PhD dalam sebuah seminar bertema “Membangun Manusia yang Berkarakter dan Beradab Melalui Pendidikan.”
Seminar yang diselenggarakan oleh Muaddib (Pusat Studi Pendidikan dan Pengembangan Karakter), bekerjasama dengan Program Studi Pendidikan Umum/Nilai Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) itu diadakan dengan latar belakang, pendidikan karakter menjadi sesuatu yang penting saat ini.
Menurut Adian Husaini, keteladan harus diperlihatkan oleh semua lapisan, baik guru, pemerintah, orangtua, dan pemuka agama.
“Kunci keberhasilan pendidikan karakter adalah keteladan.” Paparnya.
Dunia pendidikan pada saat sekarang memang sedang menghadapi tantangan yang sangat serius. Di antara tantangan yang paling krusial adalah masalah karakter anak didik.
Berbagai program pendidikan dan kucuran dana yang jor-joran, tidak bisa menjadi solusi dari permasalahan krusial dalam dunia pendidikan. Bahkan, dalam kenyataannya, semakin tinggi “pendidikan” seseorang semakin “tidak berpendidikan” dan “tidak berkarakter” pendidikan tersebut.
Ada hal penting yang harus kita catat, wacana pendidikan karakter yang akhir-akhir ini populer jangan sampai menjadi lumbung baru untuk menumbuhsuburkan fenomena tidak berkarakter—seperti hanya mementingkan sertifikat seminar. Sebagaimana hal tersebut terjadi pada program-program seperti P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), dan PMP (Pedoman Moral Pancasila). “Kegagalan utama dari program-program tersebut adalah karena tidak ada teladan,” ujar penulis buku yang produktif ini.
Seminar menghadirkan empat pembicara: Prof. Dr. Arif Rahman, Prof. Dr. Endang Sumantri, Prof. Dr. Sofyan Sauri, dan Adian Husaini, Ph.D.
Dalam ulasannya, Prof. Dr. Endang Sumantri menjelaskan bahwa pendidikan karakter sejalan dengan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
“Dalam pasal 3 UU Sisdiknas ditulis bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak, mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri,” papar Guru Besar Filsafat Etika tersebut.
Sedangkan Prof. Dr. Sofyan Sauri memaparkan bahwa pendidikan karakter bisa ditanamkan dalam setiap lini pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan persekolahan. Landasan paling ideal dalam pendidikan karakter adalah nilai-nilai iman dan takwa.
“Pembelajaran nilai-karakter berbasis imtak adalah proses pembelajaran, di mana semua mata pelajaran dilandasi oleh khazanah nilai-nilai universal yang bersumber dari agama sebagai sumber nilai Ilahiah,” ujar Ketua Program Studi Pendidikan Umum/Nilai UPI tersebut.
Pada acara tersebut, Prof. Dr. Arif Rahman berhalangan hadir. Namun, ia sempat membuat rekaman untuk disaksikan oleh peserta seminar. Dalam rekaman yang berdurasi setengah jam, pakar pendidikan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan akhlak.
“Akhlak tersebut bisa berupa akhlak terhadap Allah, diri sendiri, dan lingkungan.” Jelasnya.
Muaddib adalah sebuah lembaga riset yang bergerak dalam bidang ilmu, pendidikan, dan pengembangan karakter. Lembaga yang merupakan akronim dari Al-Markaz li Al-‘Ulum wa At-Ta`dib wa Tanmiyah Al-Insan fi Al-Adab tersebut memiliki visi “terwujudnya manusia berkarakter dan beradab melalui pendidikan.”
Di antara kegiatan yang dilakukannya adalah diskusi bulanan, bedah buku, workshop-training, riset dan penerbitan, serta praktisi dan konsultan pendidikan. [amr/cha/hidayatullah.com]