Hidayatullah.com–Berapa banyak cucu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam? Bisakah menjelaskan perjalanan hidup Nabi Muhammad secara ringkas, 5 menit saja?
Apakah kita tahu, salah satu landasan fikih tentang dibolehkannya shalat sembari menggendong anak, berasal dari sikap Rasulullah ketika menggendong cucunya, Umamah, saat shalat? Dari anak Rasulullah yang mana, Umamah itu?
Berbagai pertanyaan itu sering dilontarkan pendiri Sirah Community Indonesia (SCI), Asep Sobari, MA di berbagai Kajian Sirah yang dihadirinya.
Pertanyaan tersebut seringkali direspon dengan sikap diam atau dengan senyum malu-malu peserta kajian. Senyum malu adalah tanda tidak bisa menjawab.
Tidak terjawabnya pertanyaan sederhana itu diartikan Asep, umat Islam tidak mengenal Nabi Muhammad. Ia menambahkan, jika menganggap Rasulullah sebagai teladan yang baik (uswatun hasanah), semua hal terkait data dan perjalanan hidup beliau, diketahui oleh umat Islam.
Sayangnya, lebih banyak muslimin tidak mengenal Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam . Mirisnya lagi, sekadar mengetahui silsilah keluarganya saja, tidak.
“Kita memang sudah lama terputus dengan Rasulullah. Bagaimana kita mau menjadikan Beliau teladan, mengenal saja tidak! Lalu bagaimana bisa kita mengklaim, kita mencintai beliau? Apa buktinya?” tanyanya pada peluncuran SCI di Auditorium Gedung Bank Bukopin, Jakarta, pekan lalu.
Menyadari hal itu, sejak beberapa tahun terakhir, alumni Universitas Islam Madinah itu rutin menggelar kajian yang khusus mempelajari kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam atau Sirah Nabawiyah.
Selain itu, SCI mulai mengumpulkan bahan bacaan Sirah dan sejarah Islam dengan perspektif pembangunan peradaban. Dimulai dari langkah tersebut, ada sebuah harapan terbangunnya perpustakaan tempat rujukan pencarian buku-buku Sirah dan sejarah Islam.
“Kami juga sudah mulai berpikir untuk menerbitkan buku saku masing-masing profil para Sahabat, ulama, tabi’in. Hal itu supaya bisa menjadi bahan bacaan anak-anak kita,”jelasnya menyambut usulan Dr. Hamid Fahmy Zarkasy, Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Muda Indonesia (MIUMI) untuk membuat bacaan tandingan seperti komik yang digandrungi anak-anak.
Walaupun hal itu diakui oleh Asep akan dilakukan bertahap. Dimulai dari membangun pondasi pemahaman Sirah melalui berbagai kajiannya, berbagai gerakan akan dilakukan. Misalnya saja seperti pada kajian rutin SCI di Kalibata setiap Senin malam. Sebulan sekali khusus membahas profil para Sahabat Nabi dan para ulama.*