Hidayatullah.com—Pembukaan Muktamar XIV Persatuan Islam (Persis) yang akan dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 25 September di Kota Tasikmalaya, rupanya membuat bingung pihak panitia. Kebingungan panitia bukan pada masalah protokoler penyambutan atau soal keamanan. Namun soal alat apa yang akan dipakai Presiden dalam membuka Muktamar tersebut.
Lazimnya sebuah pembukaan acara biasanya ditandai dengan pemukulan gong atau bedug. Namun seperti diketahui, Persis tidak memperbolehkan penggunaan gong, kenthongan, atau bedug, sebagai alat pembuka acara.
“Ya benar panitia Muktamar sempat bingung mau pakai alat apa. Namun Alhamdulillah atas usul salah seorang pengurus, kita sepakati untuk memakai angklung saja. Kita setujui karena dianggap tidak termasuk bid’ah,” kata Ketua Panitia Muktamar, KH. Atip Latifulhayat, SH, LLM, Ph.D, saat dihubungi hidayatullah.com, Rabu sore (23/9).
Menurut Atip, disetujuinya aklung selain dianggap tidak termasuk bid’ah, juga dianggap pas, mengingat alat kesenian ini telah menjadi ikon kesenian Sunda tempat Persis besar dan mengakar di Jawa Barat.
“Sebenarnya bukan angklung yang menjadi pembuka, namun intinya kata Bismillahirrahmanirrahim itulah yang menjadi pembuka,” tambah Atip.
Disinggung soal jumlah peserta yang akan menghadiri Muktamar nanti, Atip memprediksi akan ada 7.000 hingga 8.000 orang yang menghadiri acara pembukaan. Mereka berasal dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan daerah lain, termasuk dari luar negeri.
“Peserta Muktamar sendiri sekitar 3.000 orang,” imbuhnya.
Muktamar Persis ke-14 berlangsung pada 25 – 27 September 2010 dengan mengambil tempat di dua kota, Tasikmalaya dan Garut, Jawa Barat. Dalam Muktamar ini juga akan digelar Muktamar badan-badan otonom di lingkungan Persis, seperti Persatuan Islam Istri (Persistri), Pemuda Persis, Pemudi Persis, dan juga Himpunan Mahasiswa Persis. [man/hidayatullah.com]