Hidayatullah.com–Mantan Presiden Afganistan Burhanuddin Rabbani menegaskan, Afghanistan bukan negara asal terorisme dan tidak pernah melakukan aksi terorisme.
“Terorisme, termasuk di Indonesia, tidak datang dari Afghanistan. Mujahidin justru melawan terorisme,” tandas Rabbani di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Selasa (19/7).
Rabbani mengemukakan hal itu saat bersama Wakil Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri menyampaikan hasil Forum Konsultasi untuk Perdamaian di Afghanistan yang digelar PBNU selama dua hari di Jakarta.
Rabbani mengatakan, selama berperang melawan Uni Soviet dulu, Mujahidin tidak pernah meledakkan kedutaan besar maupun melakukan penculikan terhadap warga negara musuhnya itu.
“Masyarakat Afghanistan justru menjadi korban dari terorisme itu sendiri,” kata Rabbani yang kini memimpin Komisi Perdamaian untuk Afghanistan.
Dikatakannya, gerakan terorisme bukan lahir dari kelompok agama tetapi dilakukan kelompok anti-Islam, dalam hal ini intelijen, yang ditujukan untuk menjelekkan citra Islam.
“Saya pastikan hal ini bersumber dari intelijen. Gerakan ini untuk menjelekkan citra Islam,” kata Rabbani.
Alasan memerangi terorisme, kata Rabbani, digunakan pihak Barat untuk mengirim militer ke Afghanistan. “Kami juga tak menghendaki kekuatan asing datang ke Afghanistan. Itu bukan atas permintaan rakyat Afganistan,” tandasnya.
Hal sama terjadi di Indonesia. Dalam banyak kasus terasa merupakan upaya untuk menyudutkan umat Islam.
Mantan Ketua Komisi Yudisial (KY) Busyro Muqoddas, Minggu (17/7) menyatakan, kasus Komando Jihad (KJ) skenario awalnya isu ancaman komunisme di Vietnam terhadap stabilitas Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Sebagai antisipasi, para operator intelijen mendesain KJ, dengan merekrut para mantan anggota Darul Islam (DI) dan ditunjuk pimpinannya H. Ismail Pranoto (Hispram). Belakangan diketahui, KJ dan misinya diskenario oleh Ali Murtopo.
Kemudian KJ direkayasa sebagai organisasi yang mengancam keamanan nasional dengan isu KJ bermaksud akan mengganti Pancasila dengan mendirikan negara Islam, pemerintah yang sah sebagai thogut, sebagai jalan mendapatkan dana dilakukan fa’i atau perampokan dari harta orang-orang kaya. “Teroris sekarang ada kesamaan isunya,” ujar dia.*