Hidayatullah.com — Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) Pdt. Dr. John Ruhulessin menyatakan sekarang ini kondisi di Ambon, Maluku, sudah membaik dan kegiatan sehari-hari masyarakat kembali berjalan normal.
“Aktifitas warga sudah berjalan normal kembali dan situasi sudah berjalan seperti biasa. Kita berharap agar masyarakat Ambon dan Maluku tidak mudah terprovokasi,” kata Pdt. DR. John Ruhulessin dalam perbincangan dengan hidayatullah.com di Gedung Kemenkokesra Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (19/09/2011).
John mengimbuhkan, langkah langkah yang dilakukan berbagai pihak di Maluku diantaranya melakukan upaya pemulihan kondisi dan penanganan para pengungsi sedini mungkin.
“Kami dari tokoh tokoh agama, tokoh agama, terus berproses untuk tetap membangun dialog dan komunikasi kepada masyarakat. Mengajak masyarakat untuk menahan diri dengan bantuan pihak keamaman dan itu semua berjalan sinergis,” ungkap John.
Pada prinsipnya, tegas dia, semua elemen di daerah itu berusaha agar tercipta damai di Ambon. Ia berharap agar semua pihak berusaha untuk memulihkan kemanusiaan masing masing dan dapat menahan diri.
“Ketahanan kita harus dibangun dari berbagai macam provokasi yang ada saat ini,” tuturnya.
Saat ditanya siapa provokator rusuh Ambon 11 September kemarin? John mengatakan memang saat ini banyak provokasi yang muncul berbagai bentuk.
Ia juga tidak bisa memastikan, apakah provokasi beberapa waktu lalu itu datang dari Republik Maluku Selatan (RMS).
“Tapi ini jelas provokasi, ada konflik di sini, ada orang dibunuh di sini. Kami tidak tahu siapa yang melakukan provokasi ini tapi ini menjadi tanggungjawab pihak kemananan untuk mengungkapkan secara terbuka kepada masyarakat,” tukas Ketua Sinode GPM ini.
Meski demikian, pihaknya berharap pihak kemananan bisa melakukan upaya pengamanan dan memantau terus keamanan di Ambon.
“Saat ini masyarakat Islam dan Kristen di sana solid untuk pemulihan Ambon dan menghadapi provokasi. Di berbagai pencerahan di lingkungan kita masing masing, seperti saya di gereja, kita menurunkan surat surat penggembalaan atau surat surat pendampingan kepada jemaat agar tidak terpengaruh dengan provokasi,” lanjutnya.
Kendati demikian, pihaknya dan tokoh agama lainnya juga sempat menyayangkan kelambanan pemerintah mencegah rusuh di Ambon.
“Tapi saya rasa yang terpenting adalah kita jangan mundur ke belakang. Yang terpenting kita tetap masa depan kita agar proses damai tetap berlangsung,” pintanya.
John menegaskan bahwa hubungan pemeluk agama Islam dan Kristen di wilayahnya solid. Dirinya pun berharap besar kepada media untuk selalu membangun etik jurnalisme damai.
“Kasihan juga kalau Maluku terus diprovokasi. Kemanusiaan kita sama dan oleh karena itu kami dan tokoh tokoh agama sedang berproses menuju Maluku yang tetap damai,” imbuh John.
John berpesan bahwa Kristen, Islam, Protestan semua elemen masyarakat di Maluku harus solid guna sama sama menghadapi musuh bersama yaitu kemiskinan.*