Hidayatullah.com — Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Maluku H. Idrus E. Toekan, mengatakan pihaknya berharap agar masyarakat tetap menahan dan menenangkan diri, jangan mudah terprovokasi dalam menyikapi rusuh Ambon, Maluku, yang mulai mencuat beberapa waktu lalu.
Untuk itu, kata Idrus, aparat harus memperhatikan betul pendatang yang berlabuh di bumi tanah kelahiran Ahmad Matulessy atau Pattimura itu. Pendatang pendatang di Maluku harus diperhatikan jangan sampai hanya datang untuk melakukan provokasi.
“Pendatang dari luar bisa yang membawa alat atau senjata lainnya bisa membikin kacau di sana,” kata Idrus yang ditemui hidayatullah.com di Gedung Kemenkokesra Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin, (19/09/2011).
“Biarkanlah orang Maluku selesaikan masalah mereka sendiri lah, tidak usah ada campur campur dari luar. Kami hanya mengharapkan partisipasi dan keterlibatan aparat. Karena tanpa aparat susah untuk itu,” tuturnya.
Jujur saja, demikian Idrus melanjutkan, dalam lubuk hati yang dalam, setiap orang Maluku sadar, kapok, dan tidak mau lagi saling bertikai.
“Terbukti kalau kita ke pasar-pasar, masyarakat selalu menyampaikan harapan agar perdamaian selalu ada di Maluku. Hal itu membuktikan kalau masyarakat Maluku tidak mau lagi ada konflik antar sesama mereka. Traumanya luar biasa, bayangkan 4 tahun mereka hidup di bawah kegelisahan,” tukas dia.
Idrus menuturkan, konflik mulai terjadi pada Hari Ahad (11 September 2011). Sejak peristiwa pertama kali mencuat, gubernur dan pemerintah terkait selalu melibatkan pihaknya untuk sesegera mungkin ikut meredam emosi massa.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dalam pada itu, kata Idrus, pemerintah setempat telah melakukan pencegahan rusuh kian meluas dengan mengganti total rumah warga yang terbakar dan memberikan perhatian serius terhadap pengungsi.
“Kami dari MUI, GPM, dan tokoh tokog agama lainnya langsung turun ke lapangan dan menyerukan kepada masyarakat bahwa apa yang sedang terjadi adalah karena ulah provokator. Provokator itu macam-macam saja. Mereka kemudian ekspos ke media untuk memecahbelah persatuan masyarakat Maluku,” demikian Idrus.*