Hidayatullah.com–Penguatan ekonomi umat berbasis syariah merupakan agenda utama yang akan segera direalisasikan oleh Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) periode 2011-2015. Hal ini disampaikan Ketua Umum Perhimpunan KB PII yang baru, Soetrisno Bachir. Rencananya program tersebut akan diwujudkan dalam bentuk pendirian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) di 33 wilayah se-Indonesia.
BMT ini, menurut Soetrisno ditujukan bagi kalangan masyarakat masyarakat. “Sehingga para alumni PII melakukan penggalangan dana yang dihimpun di BMT, selanjutnya bisa dijadikan sebagai simpan pinjam secara syariah,” ujar Soetrisno yang juga telah merintis BMT.
Bagi pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, 10 April 1957 ini, gerakan ekonomi semacam ini bisa langsung dirasakan oleh umat, dan semestinya alumni PII di berbagai daerah bisa menjadi motor penggeraknya.
“Melalui cara ini, alumni PII yang telah berhasil bisa memotivasi masyarakat untuk bangkit mandiri dan menjadi pengusaha sukses,” harapnya.
Sebagai bentuk keseriusan, Perhimpunan KB PII telah melakukan kerjasama dengan Asosiasi BMT Seluruh Indonesia (Absindo) dalam rangkaian Munas yang diselenggarakan selama 4 hari (7-10 Oktober 2011) di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Kerjasama dengan lembaga yang diketuai oleh Aries Mufti ini dianggap karena Absindo telah memiliki pengalaman dalam hal pengelolaan BMT. “Nantinya, perhimpunan hanya menyiapkan lokasi, pengelola, izin, serta dana awal. Sementara Absindo akan melatih calon pengelola hingga bisa, menyediakan tempat magang, serta melakukan pendampingan,” ujar Abdul Rasyid Muhammad, mantan Sekjen Perhimpunan KB PII periode 2008-2011.
“Jika berhasil, barulah bisa dikembangkan BMT tersebut hingga ke tingkat cabang di kota/kabupaten,” ujar Rasyid yang juga ketua pelaksana Munas Perhimpunan KB PII di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Selain penguatan ekonomi, Perhimpunan KB PII juga berencana membangun Islamic Center di lokasi yang selama ini menjadi pusat gerakan PII di Menteng Raya 58, Jakarta Pusat.
“Bagi PII, sekretariat di menteng itu merupakan tempat sejarah pergerakan pemuda Islam. Posisinya yang berada di pusat kota menjadi tempat itu sangat strategis dijadikan sebagai islamic center,” terang Soetrisno.
Dalam rancangannya, di tempat itu juga akan dibangun hotel syariah dan aula yang bisa menjadi pusat gerakan dan syiar Islam.
“Kita ingin tunjukan bahwa syiar Islam itu bersih, efisensi, dan rapi,” ulas Soetrisno yang memperkirakan kebutuhan biaya untuk itu sekitar 300 miliar rupiah.
“Insya Allah dana sebanyak itu bisa digalang dari pengusaha Islam, khususnya alumni PII,” tukas Soetrisno. Semoga.*/Ahmad Damanik